Sukses

Oka Rusmini, Lokomotif Pembawa Napas Perubahan Kaum Perempuan

Melalui karya-karyanya, Oka Rusmini menjadi satu di antara sastrawan perempuan yang terus peduli dengan persoalan kaumnya.

Liputan6.com, Bali - Oka Rusmini, satu di antara sedikit penulis yang mampu mengolah alur cerita sampai berlapis-lapis. Tak hanya itu, Oka juga termasuk sastrawan perempuan yang mahir meramu tema rumit soal kaumnya, menjadi sebuah cerita ciamik berlapis makna. 

"Saya adalah 'Tuhan' dari karya saya. Di mana nama dan latar terbaurkan menurut apa yang saya kehendaki. Itu semua berlatar dari kisah nyata yang saya temui di keseharian," ungkap Oka Rusmini saat ditemui Liputan6.com, akhir pekan silam.

Fiksi, bagi Oka, menjadi alat untuk menyampaikan kritik-kritik tajam soal permasalahan kaum perempuan. Berangkat dari situ, karya-karya novel Oka Rusmini menjadi sangat dekat dengan realitas sehingga mudah dicerna pembaca. 

Oka merasa bersyukur pernah berprofesi sebagai wartawan. Itu membuatnya bisa bertemu banyak perempuan hebat dengan berbagai sudut pandang. Pertemuan-pertemuan itu yang kemudian ia endapkan dalam karya-karyanya, salah satunya Tarian Bumi. Oka merasa, makhluk yang yang selama ini hanya dilabeli kodrat hanya melahirkan dan menyusui, ternyata adalah makhluk Tuhan yang paling luar biasa. 

Sangat disayangkan kalau pertemuan itu berlalu dan terlupakan begitu saja. Itu yang kemudian mendorong terwujudnya beberapa karya Oka Rusmini yang berlatar perempuan dan budaya Bali.

"Karya saya adalah potret dokumentasi perubahan-perubahan yang terjadi di sekeliling," katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Multi-Peran Seorang Oka Rusmini

Terlahir dari keluarga yang egaliter membuat Oka Rusmini berkembang menjadi anak yang bebas menentukan pilihan. Itu yang membuatnya 'terjerembab' dalam dunia jurnalistik, setelah sempat berpikir ingin menjadi dosen pada usia 30-an. Oka Rusmini menyadari dirinya adalah orang yang lebih suka pekerjaan dengan mobilitas tinggi. Namun, pilihan itu bukan tanpa konsekuensi. 

"Pernah kala saya mewawancarai wakil bupati, saya membawa anak saya dan memintanya menunggu di mobil," katanya. 

Menjadi seorang istri sekaligus ibu yang bekerja bukan perkara mudah. Selain perlu komunikasi yang baik antaranggota keluarga, perempuan harus punya komitmen sedari awal saat ingin berumah tangga. Oka mengingatkan perempuan untuk menggunakan logika perpikir di antara perasaan yang kadang mendominasi. Kalau tidak, perempuan akan mungkin terjebak dengan keputusannya sendiri.

"Kadang perempuan itu terburu-buru membunuh impian yang masih ada dalam pikirannya dan urung mewujudkan karena hanya sibuk memikirkan urusan domestik," katanya.

Bukan berarti salah atau terlarang saat perempuan memikirkan hal domestik, namun baginya perempuan masa kini juga punya hal dalam menggapai impiannya sendiri.

"Sayangi diri sendiri sebelum kita mulai menyayangi mereka yang ada di luar diri," ujarnya mengingatkan.

Oka bercerita, di rumahnya ia terbiasa bergantian dengan suaminya membuat kopi. Artinya, pekerjaan domestik bukan melulu jadi tanggung jawab istri. Bahkan pernah Oka diutus ke Frankfurt Jerman untuk tugas jurnalistiknya, sehingga harus meninggalkan keluarga selama dua minggu. Saat itu, kata Oka, semua pekerjaan domestik dijalankan suaminya, tanpa ada drama dan penolakan. 

Hal ini bisa terwujud karena komitmen yang terjalin baik dengan sang suami dan masih berlanjut hingga kini di 27 tahun pernikahan mereka.

"Keluarga itu dunia kecil, namun kerumitannya mengalahkan seisi dunia. Saat kita sebagai perempuan berhasil mengatasi keluarga kecil di rumah, maka kita akan siap menghadapi yang lebih besar di luar sana," ujarnya lugas.

Kerap menyediakan waktu untuk berdua sekadar untuk makan dan menikmati film di bioskop, menjadi salah satu cara yang dilakukannya untuk tetap menjaga kerekatan dengan pendamping hidup.

3 dari 4 halaman

Peran Penulis di Masa Pandemi

Keinginannya membaca teks kuno seperti Kekawin, Geguritan membawanya pada satu kesadaran bahwa tidak semua harus diselesaikan dengan menggunakan teknologi khas era digital, namun warisan filsafat dari orang-orang terdahulu sudah menyajikannya secara alami, dan tak banyak interupsi seperti masa sekarang ini.

"Apa yang terjadi saat ini sesungguhnya sudah tertuang dalam teks-teks kuno. Grubug sebutannya," kata Oka mengisahkan hasil bacaannya.

Penulis masa kini sangat mungkin untuk mengambil perannya seperti tulisan-tulisan untuk menangkal berita bohong, menulis tentang bagaimana mendidik anak di masa pandemi, menulis tentang bagaimana membuat hidup jadi lebih sederhana, tips mendaur ulang banyaknya ekspektasi, serta kiat-kiat menyetel ulang banyak hal dalam hidup termasuk impian.

Teruslah motivasi diri. Miliki kemauan belajar yang tinggi dan tetap membaca buku. Ini menjadi satu hal yang dapat menambah khazanah diri. Mood menulis pun dapat dikendalikannya karena dia menganggap menulis dan membaca adalah kebutuhan pokok.

"Menulis itu kebutuhan laiknya seperti makan dan minum. Untuk membuat perempuan memiliki nilai kritis terhadap denyut hidup itu sendiri," katanya. 

 

4 dari 4 halaman

Karya-karya Oka Rusmini

Tarian Bumi

Tahun 1995, Tarian Bumi dihadirkan dalam bentuk cerita bersambung oleh harian Republika. Lima warsa berselang, tepatnya di tahun 2000, barulah novel ini hadir ke tengah khalayak dalam bentuk cetak.

Buku yang kemudian dijadikan bacaan wajib sekolah-sekolah di Bali. Muatan dan reliatas budaya yang dihadirkan dapat diterima di kalangan edukatif. Oka Rusmini termasuk penulis yang begitu merencanakan setiap karyanya. Segala yang lahir dari rahim pemikirannya melewati tahap-tahapan nan rapih.

Mulai dari riset, menyusun kerangkanya, proses menulis, sampai ke bentuk apa tulisan tersebut begitu diperhatikannya bak persiapan penyambutan kehadiran seorang anak ke bumi.

Terbukti, hadirnya karya-karya ini kemudian dijadikan bahan diskusi termasuk dijadikan bahan skripsi, tesis, disertasi oleh rekan-rekan dari jurusan Psikologi, Sosiologi dan Antropologi.

Hai ini karena didorong ketertarikan mereka akan cara pandang Oka Rusmini tentang perempuan Bali dari sisi yang berbeda. Terutama keberaniannya mengungkap pemberontakan terhadap adat dan diskriminasi kasta.

“Ada hal baru yang hendak saya tawarkan dalam setiap karya. Bahwa kisah tentang perempuan tidak melulu cengeng, namun ada pemikiran yang membawa ke arah perubahan,” ujarnya yakin.

Tempurung

Karya yang terahir di tahun 2010 ini adalah kumpulan dari straight news yang ditulisnya di harian Bali Post. Sifat straight news, yang pendek dan kadang tak menyentuh kesan di hati pembaca kemudian dimigrasikan ke dalam bentuk novel yang notabene lebih mampu menyentuh hati pembaca.

Tempurung merupakan sebuah novel tentang hidup pra perempuan berhadapan dengan tubuhnya, agama, budaya, dan masyarakat.

Saiban

Proses menulis yang begitu panjang yaitu 6 warsa membawanya menjadi pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2013-2014, kategori Puisi 2014 bertema utama Rasa Syukur.

Saiban dari kata Jotan yaitu persembahan yang diberikan para Ibu setelah selesai memasak di pagi hari. Ini dihaturkan seorang hamba pada Tuhannya sebagai bentuk rasa Syukur.

Sebuah makna kesyukuran atas bahan pangan yang bisa disantap keluarga di hari itu. Buku yang hadir dalam bentuk kumpulan puisi dengan membawa hal-hal baru dengan maksud mendekatkan pemahaman ke dalam diri.

Inilah kemudian yang mengilhami lahirnya Mulat Sarira, yang kemudian dipakai sebagai tema Ubud Writers and Readers Festival 2021.

Men Coblong dan Koplak

“Kalau orang ingin melihat saya sebagai Oka Rusmini, Men Cobong dan Koplak jawabnya. Di sanalah pemikiran saya tertuang,” paparnya.

Ada perwujudan Oka Rusmini dalam dua karya ini. Opininya tertuang pada dua buku yang merupakan refleksi dan pandangannya. Pun merupakan rangkuman atas kejadian yang dialaminya sehari-hari.

Mulai dari drama mengantar anak sekolah, saat anak menghadapi ujian, emosi menghadapi pengguna jalan sampai kekesalannya menghadapi tingginya biaya pengobatan.

Di usianya yang menjelang 60 tahun tak membuatnya berhenti berkarya. Energik kala berbicara mengaburkan anggapan kalau usia jadi hambatan untuk tetap berkarya, berdaya dan membawa perubahan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.