Sukses

Harga Sawit Melejit, Harga Pupuk Mencekik

Harga sawit Riau terus melejit dan mencapai Rp3 ribu per kilogram tapi pengusaha pupuk terus mencekik petani dengan menaikkan harganya.

Liputan6.com, Pekanbaru - Harga tandan buah segar (TBS) sawit di Riau kian melejit dalam beberapa bulan terakhir. Seakan tak terpengaruh oleh pandemi Covid-19, harga sawit per 12 Oktober 2021 sudah menyentuh Rp3 ribu per kilogram sebagaimana diumumkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Riau.

Menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Dr Gulat Medali Emas Manurung, nilai itu telah memecahkan rekor harga sawit selama ini.

Oleh karena itu, Gulat meminta pemerintah mengontrol harga pupuk. Pasalnya, kenaikan ini hanya akan membuat kaya pengusaha karena juga ikut melejitkan harga pupuk sehingga mencekik petani.

"Jadi yang bukan petani yang beruntung, tapi produsen pupuk yang kaya mendadak," kata Gulat, Selasa petang, 12 Oktober 2021.

Gulat menerangkan, harga pupuk naik rata-rata mulai 80-120 persen. Ini perlu juga dicari tahu oleh pemerintah penyebabnya. Dia menambahkan, pemerintah juga harus mengingatkan pabrik pupuk pelat merah jangan ikut-ikutan menaikkan harga.

"Karena faktanya pabrik pupuk pelat merah lebih dulu menaikkan, maka kami minta Presiden perhatikan ini," dia menegaskan.

Gulat juga berharap agar Presiden Jokowi turun tangan mengatasi kenaikan harga pupuk sawit di Indonesia. Sebab, harga bahan pupuk di pasaran tidak ada kenaikan.

"Semoga Pak Presiden Jokowi memperhatikan sebab bahan pokok pembuatan pupuk kimia tidak naik, jadi tak layak pupuk dinaikkan hingga 100 persen," kata Gulat.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Peran B30

Di sisi lain, Gulat sudah lama memprediksi kenaikan harga buah sawit itu akan terjadi. Ada beberapa faktor yang muncul dan mendongkrak harga TBS tadi.

Salah satunya, dunia semakin sadar sawit dengan menanam dan panen. Selanjutnya, ada pandemi Covid-19 di negara lain yang tidak bisa produksi tanaman kandungan minyak nabati sehingga sawit Indonesia menjadi sasaran.

Pria bergelar dokter lingkungan itu menambahkan, sebelumnya banyak negara di Eropa hanya sebagai pengguna. Belakangan ini, mereka justru menjadi reseller minyak sawit.

"Jadi, bahan baku minyak sawit dibeli dan distok guna memenuhi kebutuhan mereka, selanjutnya juga diolah dan dijual kembali," ucap Gulat.

Meski demikian, Gulat mengingatkan harga buah sawit tinggi ini juga tak lepas dari peran program B30 atau biodiesel yang dihadirkan Presiden Joko Widodo di konsesi domestik.

"Keberhasilan B30 mendongkrak harga sawit menjadi naik," imbuhnya.