Sukses

Upaya Meniti Kembali Sejarah Peradaban Melayu di Museum Raja Ali Haji

Museum merupakan representasi dari perjalanan sejarah kebudayaan dan peradaban suatu daerah, seperti halnya sejarah peradaban Melayu di Batam Kepulauan.

Liputan6.com, Batam - Museum merupakan representasi dari perjalanan sejarah kebudayaan dan peradaban suatu daerah, seperti halnya sejarah peradaban Melayu di Batam Kepulauan.

Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengatakan, Pulau Batam yang posisinya strategis menjadi penghubung tiga negara, yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia, tentu menjadi salah satu tonggak peradaban Melayu Kesultanan Riau Lingga, Johor, dan Pahang. Bahkan artefak, manuskrip, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan kesultanan itu masih tersimpan di Museum Raja Ali Haji Batam.

"Kita harapkan ini bisa digali terus," kata Amsakar Achmad saat memperingari Hari Museum Nasional di Museum Raja Ali Haji di dataran Engkau Putri, Selasa (12/11/2021).

Dalam penggalian peninggalan sejarah di Pulau Batam, Pemkot Batam akan menggandeng tokoh masyarakat dan warga untuk mau menyerahkan kembali ke museum semua koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan sejarah Melayu Kesultanan Riau Lingga, Johor, Pahang.

"Telah dibentuk kelompok yang tugasnya mencari artefak, ada kuratornya, mereka ini yang bergerak mencari benda-benda bersejarah," katanya.

Menurut Amsakar, hal ini menjadi penting, lantaran museum mencerminkan kebudayaan dan peradaban suatu kelompok orang. 

Sebelumnya Amsakar telah menemui beberapa orang yang kemudian mendapatkan informasi ada salah satu buku yang ditulis cukup tua di Bulang Pulau Galang. Buku itu mengisahkan tentang ketemenggungan di Bulang yang masuk ke stuktur Kesultanan Riau Lingga, Johor, dan Pahang.

Hierarki kepemerintahan saat itu ada dipertuan besar yaitu sultan, ada juga yang dipertuan muda yaitu raja, sama dan autentik dengan yang ada di Pulau Penyengat Tanjung Pinang. Ada juga tumenggung semacam bendahara itu markas besarnya ada di Bulang.

Peran kurator nantinya mencari informasi dan mengkomunikasikan kepada masyarkat agar mau berkontribusi membantu menyerahkan, atau bersedia direplikasi, agar benda-benda bersejarah itu hilang begitu saja.

"Diperlukan kerja lebih ekstra lagi untuk menggali potensi-potensi perjalanan story sejarah daerah ini," katanya.

 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Butuh Dukungan Warga

Sementara itu, Kadisparbud Kota Batam Ardi Winata mengatakan, keberadaan Museum Raja Ali Haji perlu mendapat dukungan warga dan tokoh masyarakat. Sejak resmi berdiri dua tahun lalu, museum ini perlu menambah koleksinya sehingga tercipta konteks sejarah yang utuh. 

"Museum ini sudah menyandang akredetasi B dari Kemdikbudristek," katanya. 

Tahun depan, kata Ardi, Museum Raja Ali Haji bakal menghadirkan cogan asli peninggalan Kesultanan Riau Lingga, Johor, dan Pahang yang sempat hilang pada 1913 dan kini berada di Museum Nasional (Gajah).

Cogan sendiri merupakan salah satu alat kebesaran atau regalia yang dimiliki Kerajaan Riau Lingga, Johor, dan Pahang yang pada hari ini wilayahnya mencakup Kepulauan Riau, Riau, Jambi sampai ke Malaysia dan Singapura. Cogan berfungsi sebagai simbol, emblem, lambang dan tombak kebesaran kerajaan pada masanya.

Â