Sukses

'Mendulang Cuan, Menjaga Lingkungan' ala Perajin Kain Ecoprint di Cirebon

Dari inovasinya tersebut, Yuli menyerap dua orang sebagai tenaga kerja untuk memaksimalkan usahanya di bidang fesyen.

Liputan6.com, Cirebon - Sejak awal pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, Yuli Hastuti fokus menggeluti pembuatan kain motif ecoprint di Galeri Swarna Alam Perumnas Ketilang Kota Cirebon.

Wanita yang akrab disapa Yuli tersebut merupakan pelaku UMKM di bidang fesyen sejak tahun 2013. Pandemi Covid-19 tak menghentikan semangatnya untuk berinovasi.

"Sejak kecil memang suka menjahit dan baru serius jadi usaha bidang fesyen tahun 2013. Sejak Covid-19 masuk Indonesia tahun lalu saya sepi pesanan, jadi waktunya saya gunakan untuk fokus ecoprint," ujar Yuli kepada Liputan6.com, Kamis (14/10/2021).

Yuli mengaku belajar ecoprint dengan cara autodidak. Dia rajin mengikuti seminar atau workshop daring dan aktif berinteraksi dengan perajin ecoprint lain di luar Cirebon.

Perlahan tapi pasti, Yuli berhasil mencetak lima buah kain bermotif Ecoprint Cirebon. Saat itu juga, hasil karya perdana Yuli langsung dibeli.

"Omzet awal saya di ecoprint Rp1,5 juta dalam satu bulan laku lima lembar kain. Waktu itu baru belajar dan Alhamdulillah ternyata laku. Jadi saya semakin semangat belajar dan fokus bikin ecoprint di bahan kain eksklusif seperti sutra dan sejenisnya yang biasa dipakai ibu-ibu pejabat ternyata bisa dan laku," kata Yuli.

Sambil menyelam minum air, Yuli turut serta menjual bahan kain polos untuk dicetak menggunakan ecoprint kepada para perajin. Seiring kemampuan Yuli membuat motif ecoprint, omzet penjualan mulai meningkat.

Bahkan, Yuli mengolaborasikan dengan kemampuan menjahitnya. Saat ini, kain ecoprint yang dijual Yuli mulai dari Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta.

Kini, omzet Yuli bisa mencapai Rp10 juta per bulan untuk penjualan kain saja. Untuk pesanan kain berikut pembuatan baju mulai dari Rp1 juta sampai Rp2 juta.

Saksikan video pilihan berikut ini

2 dari 4 halaman

Tingkat Kesulitan

Harga tersebut sesuai dengan tingkat kesulitan dan teknik menjahit Yuli yang ramah lingkungan.

"Selain ramah lingkungan dari segi motif, teknik menjahit saya meminimalisir adanya limbah kain atau perca. Sederhananya tidak menghasilkan sampah dari menjahit," kata dia.

Dari inovasinya tersebut, Yuli menyerap dua orang sebagai tenaga kerja untuk memaksimalkan usahanya. Ecoprint merupakan teknik mencetak motif dan warna kain yang diambil dari bahan alami.

Seperti dedaunan, bunga, batang hingga ranting pohon yang memiliki corak warna menarik dan enak dilihat. Ada dua teknik dalam mencetak motif warna kain dari bahan alami, yakni teknik ponding dan steam.

Kedua teknik tersebut sama-sama mencetak bahan pewarna alam ke sebuah kain.

"Kalau teknik ponding itu kain yang sudah dimasukkan daun atau bunga diketuk-ketuk hingga zat pewarna alamnya keluar menyerupai bentuk aslinya. Kalau steam itu bahan pewarna alamnya dimasukkan ke dalam dua lapis kain kemudian di gulung dan direbus," ujar Yuli.

Dari kedua teknik tersebut masing-masing memiliki tingkat kesulitan dan cara berbeda pada proses pembuatan ecoprint. Untuk teknik steam, Yuli menggunakan dua lembar kain utama dan blanket.

Kain utama berwarna putih polos, sementara kain blanket sudah diberi warna. Untuk jenis kain yang bisa digunakan ecoprint mengandung serat alam.

"Sebelum penataan kain harus di mordan dulu karena fungsinya zat pengikat dari pewarna alam kain," kata dia.

3 dari 4 halaman

Ramah Lingkungan

Sejumlah bahan alam yang dipakai Yuli mencetak ecoprint seperti daun jati, jarak, kenikir, ketepeng, pakis, eucaliptua, lanang,gulma, jenitri, klengkeng, jambu, anggur, cemara, adas, dan lain sebagainya.

Sementara untuk bahan kain yang kerap digunakan Yuli mulai dari katun, linen, sutra, dan viscose.

"Sekarang saya sedang coba kembangkan handycraft mencetak ecoprint di atas kulit untuk jadi tas dompet dan lain-lain. Dan pengembangan berikutnya akan buat desain dari bahan limbah jahit atau perca," kata dia.

Dalam pengembangan usahanya, Yuli memanfaatkan media sosial untuk menjual produk. Selain itu, Yuli memanfaatkan jaringan usahanya untuk memasarkan produk ecoprint.

Yuli mengaku masih kekurangan tenaga dalam upaya memasarkan produk ecoprint melalui marketplace. Tapi, bukan berarti Yuli tidak memahami cara berjualan melalui marketplace.

"Saya juga binaan Pemkot Cirebon dan BI Cirebon sering ikut pelatihan marketplace. Hanya saja untuk mengelola itu butuh fokus ada tim sendiri sementara mulai dari produksi semua masih dikelola sama suami dan beberapa karyawan saja," kata dia.

Menurut dia, prospek usaha ecoprint sangat bagus. Terlebih, usaha rintisannya itu sejalan dengan kampanye ramah lingkungan.

Dia mengaku, saat ini, sudah ada beberapa warga di Cirebon yang turut serta mengembangkan usaha ecoprint.

"Mudah-mudahan bisa saling mendukung satu sama lain jangan sampai terjadi persaingan nanti akan menciptakan iklim usaha yang tidak baik," kata dia.

4 dari 4 halaman

Digitalisasi

Kepala BI Cirebon Bakti Artanta mengatakan, digitalisasi menjadi solusi di tengah pandemi Covid-19. Dia mengatakan, BI Cirebon terus mendorong pelaku UMKM untuk memanfaatkan digital.

Dia mengatakan, sejak awal tahun 2021, kondisi ekonomi di Cirebon perlahan membaik. Meski demikian, ada kebijakan pemerintah yang perlu dipahami dalam upaya mencegah peredaran covid-19.

"Memang agak ngerem ngegas ketika bulan Juni sampai Agustus kemarin. Dari survei, sudah mulai terlihat konsumsi daya beli hingga kemampuan transaksi meningkat," ujar dia.

Bakti menjelaskan dorongan digitalisasi kepada UMKM sekaligus mengenalkan kepada pasar dan menegaskan bahwa pelaku UMKM tidak sendiri.

Namun demikian, Bakti mengingatkan agar masyarakat tetap memprioritaskan protokol kesehatan. Ikut serta program vaksinasi Covid-19 yang digelar instansi di Cirebon maupun daerah lain.

"Percepatan vaksinasi memang berdampak kepada kondisi ekonomi ke depan. Selain itu, kami tetap mendorong untuk digitalisasi UMKM beri pelatihan bekerja sama antarinstansi," ujar dia.