Liputan6.com, Pekanbaru - Dokter hewan di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau sudah menyelesaikan bedah bangkai atau nekropsi terhadap harimau sumatra mati terjerat di Kabupaten Bengkalis. Si Datuk Belang juga sudah dikubur oleh petugas.
Plt Kepala BBKSDA Riau Fifin Arfiana Jogasara menjelaskan, bedah bangkai bertujuan mengetahui penyebab dan sudah berapa lama harimau sumatra mati. Nekropsi dilakukan pada 17 Oktober 2021 malam atau beberapa saat setelah harimau ditemukan mati.
Advertisement
Baca Juga
"Bedah bangkai dilakukan drh Danang dari pukul 18.30 WIB hingga pukul 21.00 WIB," kata Fifin, Selasa siang, 19 Oktober 2021.
Menurut Fifin, harimau mati itu berjenis kelamin betina. Usianya diperkirakan dari 4 sampai 5 tahun sehingga dikategorikan sebagai harimau remaja.
"Harimau berdasarkan hasil nekropsi belum pernah melahirkan," kata Fifin.
Harimau ini memiliki panjang tubuh (diukur dari kepala hingga ekor) 190 sentimeter. Adapun panjang badannya adalah 91 sentimeter, lingkar dada 86 sentimeter, dan panjang ekor 74 sentimeter.
Saat dievakuasi, kondisi bangkai harimau sumatra mati sudah kaku. Di kaki depan kirinya ada tali jerat sling yang melilit sehingga menyebabkan luka sangat dalam.
"Lukanya sudah terlihat tulang karena lilitan sling baja," kata Fifin.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak video pilihan berikut ini:
Terjerat Lima Hari
Berdasarkan pemeriksaan medis, harimau sudah terjerat selama lima hari dan waktu ditemukan sudah mati lebih kurang dari 24 jam.
Sementara hasil pemeriksaan patologi anatomi, penyebab kematian karena dehidrasi berat. Jerat membuat harimau tidak bebas sehingga kesulitan mendapatkan cairan.
"Kemudian kekurangan nutrisi dan infeksi luka kaki karena jerat," kata Fifin.
Sebelumnya, harimau ini ditemukan mati di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis pada Minggu pagi, 17 Oktober 2021. Lokasinya di areal Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK).
Harimau ini berasal dari kawasan Suaka Margasatwa Bukit Batu. Lokasi itu berjarak sekitar 20 kilometer meter dari habitatnya sehingga desa tersebut masih menjadi wilayah jelajahnya untuk mencari makan.
Advertisement