Sukses

Rumput Laut Sargassum, 'Sampah' Pembawa Berkah

Ekspor rumput laut jenis sargassum atau rengkam di Batam terus meningkat. Permintaan dari negara-negara Asia, antara lain China, Vietnam, dan Jepang, terus berdatangan.

Liputan6.com, Batam - Ekspor rumput laut jenis sargassum atau rengkam di Batam terus meningkat. Permintaan dari negara-negara Asia, antara lain China, Vietnam, dan Jepang, terus berdatangan.

Kepala Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu (SKIPM) KKP Kota Batam, Anak Agung Gde Agung Eka Susila mengatakan, sepanjang 2021 capaian ekspor rumput laut di Batam mencapai 2.471,5 ton dengan jumlah Rp8,14 miliar, sejak Januari hingga Oktober. Sebelumnya ekspor rumput laut pada 2020 mencapai 1,149 ton dengan nilai Rp4,09 miliar.

"Permintaan untuk rumput laut dari China sangat tinggi mencapai 5.000 ton per tahun, belum lagi Jepang," katan Agung, saat peluncuran ekspor rumput laut di hari jadi ke-22 KKP di PT Kencana Bumi Sukses (KBS), Pulau Rempang, Kota Batam, Selasa (26/10/2021).

Meski demikian, Agung menyebut total capaian ekspor tahun ini belum mencapai 50 persen, artinya perlu didorong semua pihak untuk memaksimalkan potensi besar rumput laut di Kepri, meski masih diekspor dalam bentuk bahan baku.

Sargassum sendiri merupakan rumput laut yang selama ini dianggap sampah oleh masyarakat. Siapa yang sangka, kini hama itu bisa punya nilai ekonomis yang tinggi. Pasalnya rumput laut jenis ini bisa diolah menjadi pakan ikan dan pupuk.

Sebagai upaya  mendukung pengelolaan  pengembangan potensi  sumber daya yang ada di Kepri khususnya Batam, KKP dalam hal ini SKIPM terus terus memberikan layanan pembinaan terhadap kualitas komoditas yang bagus sehingga layak ekspor.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Belum Dimaksimalkan

Sementara itu Wahyudi, pengusaha rumput laut PT Kencana Bumi Sukses (KBS) mengatakan, meski sargassum sangat berpotensi, namun pengelolaannya masih sangat sedikit, lantaran keterbatasan tempat.

"Maksimal kita bisa mencapai 6.000 ton per bulan," kata Wahyudi.

Selain itu banyak potensi yang dapat dikembangkan tenaga kerja bisa merekrut di kalangan masyarakat nelayan, yang awalnya mencari ikan bisa diberdayakan untuk pengolahan sargassum.

"Ada sekitar 1.000 KK masyarakat nelayan di sekitar sini kita berdayakan, untuk menyerap tenaga kerja berharap kita ekspor buka dalam bentuk bahan baku melainkan sudah jadi olahan berupa tepung," kata Wahyudi.

Untuk mendapatkan 1.000 ton tepung rumput laut sargassum kita memerlukan 400 pekerja.