Sukses

Mencetak Pengusaha 'Startup' Hebat Lewat Kawasan Sains Teknologi

KST diperlukan karena memadukan antara sumber teknologi sebagai inovasi dan perguruan tinggi dengan industri pengguna teknologi.

Liputan6.com, Bandung - Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek-BRIN) menggelar kegiatan pelatihan penguatan platform Kawasan Sains Teknologi (KST) di Indonesia yang berlangsung di Kota Bandung, Selasa-Kamis (26-29/10/2021). KST diperlukan karena memadukan antara sumber teknologi sebagai inovasi dan perguruan tinggi dengan industri pengguna dari teknologi.

Ketua PMO Riset-Pro BRIN Wisnu Sardjono Soenarso mengatakan, Bank Dunia yang membiayai pelatihan ini berharap sumber daya manusia sudah mempersiapkan masa depan pengusaha pemula atau startup dalam membangun KST.

"Pelatihan ini memperkuat kompetensi dan memperkuat kapasitas dari pengelola teknopark. Kami dari BRIN memulai proyek ini sejak 2013 dan berakhir tahun ini memandang perlu investasi sumber daya manusia. Karena itu pelatihan ini diadakan bersama dengan Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) dan Asosiasi Sains Teknopark," katanya.

Pengembangan KST yang mandiri dan berkelanjutan, diharapkan dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi daerah berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Di Indonesia, sudah ada beberapa kawasan sains teknopark yang berasal dari swasta, perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan.

"Harapannya, di setiap daerah yang punya sains teknopark yang mana mereka bisa menularkan pengelolaan kepada sekitarnya sehingga sumber teknologi dari perguruan tinggi, litbang ataupun masyarakat dapat intensi bisa dijual ke perusahaan yang imbalannya bisa dinikmati," ujar Wisnu.

Menurutnya, pembangunan perekonomian dimulai dari pembangunan perekonomian skala lokal, regional, nasional hingga global. Oleh karena itu, BRIN memandang perlunya gagasan KST di daerah-daerah.

"Jadi, di daerah diperkuat nanti efeknya regional nasional dan global. Karena daerah itu titik penting menciptakan ekosistem inovasi yang bisa menggerakkan perekonomian," cetusnya.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tiga Tujuan Pelatihan

Sementara itu, Ketua Panitia Pelatihan Penguatan Platform KST Arief Arianto mengatakan, pelatihan di Bandung ini merupakan pelatihan tingkat dasar. Ada tiga hal yang ingin dicapai dalam pelatihan ini.

Pertama, para pengelola teknopark dapat membuat roadmap untuk KST.

“Karena kadang-kadang orang berpikir jangka pendek, dapat dana tahun ini selesai. Padahal satu kawasan teknopark itu seharusnya punya roadmap selama tiga sampai lima tahun," kata dia.

Kedua, langkah menyusun rencana strategis. Hal ini terkait dengan lokasi masyarakat dan budaya.

"Masyarakat di Jawa Timur belum tentu sama dengan kebutuhan di Jawa Tengah atau di Sumatera Utara. Karena posisi strategis itu menentukan dan kita harapkan para pengelola teknopark mampu menyusun rencana strategis," ujar Arief.

Ketiga, pengelola teknopark mampu membuat rencana bisnis. Pihaknya berharap pengelola tak hanya sekadar menghasilkan teknologi kemudian melempar ke pasar.

"Tapi perlu untung juga. Produk kita bisa dikomersilkan berarti kita mendapatkan mitra perusahaan. BEP dapat untung sehingga bisa dipakai untuk biaya riset selanjutnya," ujarnya.

Selain pemaparan materi, Arief mengatakan kegiatan pelatihan ini juga melakukan studi banding ke beberapa teknopark yang ada di sekitar Bandung. Salah satunya ke Cimahi Teknopark.

"Di Cimahi ini mereka bisa menghasilkan animasi film Sopo Jarwo dan ini merupakan salah satu kawasan teknopark yang sedang berkembang di Indonesia," katanya.

Sementara itu, Sekjen Asosiasi Science Techno Park Indonesia Gopa Kusworo mengatakan, saat ini ada 36 KST yang tersebar di Indonesia. Ke-36 KST tersebut masih berjalan dengan baik sejak 2015.

"Sejak 2015 ada perpresnya dan kita diminta untuk mengawal mereka yang sudah running well. Amanah dari presiden waktu itu agar pengusaha pemula bisa bersaing secara nasional. Dengan tambahan dari daerah-daerah sehingga daerah tahu membangun daya saing melalui pengusaha pemula agar meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan jumlah tenaga kerja," tutur Gopa.