Sukses

Muda-Mudi Tunarungu di Medan Terus Semangat Memasyarakatkan Bahasa Isyarat

Sore itu, Jumat, 29 Oktober 2021, sekitar pukul 18.00 WIB, di Literacy Coffee, Jalan Jati II, Teladan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), orang-orang berkumpul sembari berinteraksi dengan gerakan tangan membentuk simbol tertentu sebagai sarana komunikasi.

Liputan6.com, Medan Sore itu, Jumat, 29 Oktober 2021, sekitar pukul 18.00 WIB, di Literacy Coffee, Jalan Jati II, Teladan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), orang-orang berkumpul sembari berinteraksi dengan gerakan tangan membentuk simbol tertentu sebagai sarana komunikasi.

Sekumpulan orang dari berbagai latar belakang profesi itu sedang mempelajari bahasa isyarat yang selama ini digunakan oleh penyandang tunarungu untuk berkomunikasi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh muda-mudi tunarungu di Medan untuk memasyarakat bahasa isyarat.

Ketrin Ganori Perangin-angin, yang berperan sebagai pengajar bahasa isyarat mengatakan, belajar isyarat mudah. Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan semakin banyak orang yang mengerti bahasa isyarat, sehingga bisa membantu para tunarungu ketika bertemu dan berkomunikasi.

"Kegiatan ini kami sebut Kelas Bahasa Isyarat Jumatan dan sudah berlangsung selama delapan kali atau sudah berjalan selama dua minggu," kata Ketrin.

Seorang masyarakat yang mengikuti Kelas Bahasa Isyarat Jumatan, Tison, mengaku senang. Menurutnya, bahasa isyarat yang diajarkan oleh Ketrin selaku penyandang tunarungu cukup mudah. Apalagi gerakan-gerakan tangan menyimbolkan abjad A sampai Z tidak terlalu sulit.

"Awal-awal bingung, lama-lama saya semakin paham," ujarnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Tujuan Kegiatan

Inisiator Kelas Bahas Isyarat, Sutrisno Pangaribuan menjelaskan, tujuan kegiatan dilaksanakan untuk mengedukasi masyarakat luas agar lebih memahami bahasa isyarat. Sebab masih banyak fasilitas dan pelayanan publik seperti membuat KTP, SIM, belum ada fasilitas untuk tunarunggu.

"Nah, mereka (tunarungu) datang sendiri, ketika mereka bawa map ke kantor-kantor kelurahan berisi berkas-berkas, banyak yang tidak mengerti berkomunikasi dengan mereka, dan mereka malah disuruh pulang," kata Sutrisno.

Melihat kondisi-kondisi tersebut, Sutrisno dan muda-mudi tunarungu di Medan lalu berinisiatif membuat Kelas Bahasa Isyarat Jumatan, agar ke depan orang-orang yang bukan tunarungu bisa lebih mengerti tentang bahasa isyarat.

"Jadi, wartawan, polisi, bahkan ada juga siswa yang datang ke sini. Bisa dibilang ini kebutuhan kita, karena faktanya mereka ada," ucapnya.

Sutrisno menyebut, ke depan kegiatan ini harus mendapatkan perhatian pemerintah. Karena ideal dan etika, yang melatih bahasa isyarat itu harus tunarungu. Karena mereka yang mengerti dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

"Itulah makanya kita buka di sini, nanti kita ke pemerintah dan semua yang di sini siap untuk mengajar bahasa isyarat," sebutnya.

3 dari 3 halaman

Beragam Cerita

Penyandang tunarungu sempat kewalahan ketika melakukan vaksinasi Covid-19. Sutrisno mendampingi walau dengan keterbatasan. Karena saat penyandang tunarungu hendak divaksin, vaksinator terlebih dahulu menanyakan tentang kondisi kesehatan dan penyakit yang diderita. Kondisi ini salah satu penghambat karena vaksinator tidak mengerti bahasa isyarat.

"Hal-hal sederhana itu dibutuhkan. Hampir tidak ada instansi yang melakukan vaksinasi yang kita tahu menyediakan itu. Makanya kita kemarin kumpulkan mereka divaksinasi sentra BUMN," terangnya.

Disampaikan Sutrisno, ke depan pihaknya akan membuat pelatihan-pelatihan bahasa isyarat di beberapa instansi, terutama sektor-sektor pelayanan publik yang sangat vital. Misalnya dinas kependudukan dan pencatatan sipil, rumah sakit, dan Puskesmas.

"Kita mau buat latihan bahasa isyarat di rumah sakit, kenapa? Bagaimana mereka datang? Kalau masih bisa komunikasi, kalau tiba-tiba ke IGD? Nah inikan luput dan perhatian, padahal ini menyangkut soal nyawa," tuturnya.

Data penyandang tunarungu di Medan sekitar 1.000-an. Jumlah tersebut tidak sedikit, dan menjadi pertimbangan mereka menginisiasi dihadirkannya Sekolah Bahasa Isyarat Jumatan. Langkah ini direspons cepat muda-mudi tunarungu.

"Jadi setiap jumat sore pukul 16.00 WIB kita mulai kelas ini. Teman-teman dari berbagai profesi bergabung di sini dengan tujuan memasyarakatkan bahasa isyarat. Kelas ini terbuka untuk umum. Siapapun orang yang ingin belajar bahasa isyarat dipersilakan," Sutrisno menandaskan.