Sukses

Mahasiswi Unri Korban Dugaan Pelecehan Sempat Diintimidasi Sejumlah Dosen

Mahasiswi Universitas Riau yang mengaku mendapat pelecehan seksual dari seorang dosen mengaku sempat diintimasi oleh sejumlah dosen lainnya agar tidak membesar-besarkan masalah ini.

Liputan6.com, Pekanbaru - Video viral pengakuan mahasiswi mendapatkan pelecehan seksual dari oknum dosen membuat masyarakat heboh. Pengakuan yang diunggah akun Instagram @komahi_ur itu juga menjadi sorotan civitas akademika Universitas Riau, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol).

Korban mengaku mendapatkan pelecehan seksual dari oknum dosen berinisial S. Dia diduga sebagai pimpinan tertinggi di fakultas tersebut.

Selain menjelaskan kronologis pelecehan seksual usai bimbingan proposal skripsi ini, mahasiswi yang tak disebut identitas dan disamarkan wajahnya dalam video berdurasi 13 menit itu pernah mengadu ke dosen lainnya.

Korban ingin mendapatkan perlindungan karena takut kejadian itu terulang lagi. Hanya saja, rencana korban itu dijegal oleh sejumlah oknum dosen.

Dalam video pengakuannya, beberapa hari usai kejadian, korban menghubungi salah satu dosen jurusan Hubungan Internasional (HI), jurusan yang diambilnya, dengan tujuan menemani dirinya menemui ketua jurusan.

Namun, oknum dosen tersebut mencoba merayu korban agar tidak mengadu. Bahkan, ketika korban hampir sampai ke rumah ketua jurusan, oknum dosen tersebut secara aktif mengajak korban untuk bertemu dahulu di warung kopi.

Di situ, kata korban, oknum dosen tersebut malah mengancam dirinya agar mengurungkan niat melaporkan peristiwa tersebut ke ketua jurusan.

"Jika ini terungkap, Pak S (terduga pelaku) akan bercerai dengan istrinya," kata oknum dosen tersebut seperti ditirukan korban dalam video pengakuannya.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Diminta Sabar

Dia pun disuruh bersabar untuk tidak mempermasalahkan kasus ini. Sore hari itu juga, lanjut korban, usai Salat Jumat akhirnya korban bertemu dengan ketua jurusan yang didampingi oleh oknum dosen tersebut.

Ternyata, harapan korban terhadap oknum dosen yang akan melindungi dirinya hanya pepesan kosong.

"Di depan ketua jurusan, dosen tersebut malah menyalahkan saya ceroboh tidak menggunakan SK dalam melakukan bimbingan proposal," tutur korban.

Di pertemuan itu, oknum dosen tersebut, berulang kali menjatuhkan dan menyalahkan korban di depan ketua jurusan. Bahkan, kata korban, oknum dosen itu mengintimidasinya agar tidak membesar-besarkan masalah ini.

Parahnya, kata korban, oknum dosen tersebut secara frontal membela S di depan ketua jurusan dengan mengatakan, bahwa pelecehan seksual yang dilakukan itu bukan kebiasaan S, melainkan hanya 'accidental' alias kecelakaan.

Korban pun membeberkan kejadian itu. Namun, reaksi yang diterimanya dari oknum dosen HI dan ketua jurusan itu malah membuatnya semakin terhina. Pengakuannya itu malah ditertawakan kedua pendidik itu.

"Mereka berdua menginjak-injak harga diri, saya merasa tidak dilindungi. Dosen-dosen tersebut sangat jahat sama saya," keluh korban sedih.

3 dari 3 halaman

Dihubungi Lagi

Kemudian, menurut korban, S mencoba menghubungi dirinya berkali-kali dengan nomor baru.

"Dan dia sempat men-chat saya dengan mengatakan 'Kok WA Bapak di-reject'. Ini membuat saya merasa diteror dan dosen yang mengintimidasi saya tersebut berusaha berkali-kali untuk menghubungi saya untuk berdamai," ceritanya.

Kemudian, lanjutnya, melalui perantara, dosen menghubungi keluarga korban dan mengatakan alasannya mencium korban karena mengganggap korban sebagai anaknya.

Namun, keluarga korban justru balik bertanya kepada perantara S "kalau dianggap sebagai anak, kenapa mencium di bibir?".

Setelah beberapa waktu, akhirnya korban memberanikan diri memutuskan untuk mengangkat kasus ini ke publik.

"Saya berharap kepada siapa pun di luar sana, siapa pun kalian yang mengalami pelecehan seksual, terlebih di lingkungan kampus, saya berharap mereka mampu berbicara atas perlakukan yang mereka alami. Jangan mereka (pelaku pelecehan seksual) tertawa atas perbuatan keji yang dilakukan," seru korban.

"Dan, saya ingin ini tidak terjadi, terutama kepada mahasiswi yang ketakutan. Saya harap kalian kuat! Saya harap kalian berani!" dia menegaskan.