Sukses

Langkah Nuratikah Berani Berubah dengan Olahan Jahe Merah

Selain empon-empon jahe merah, Nuratikah mampu mengembangkan produk olahan jahe merah dengan rasa kekinian yang disukai anak muda.

Liputan6.com, Cirebon - Satu per satu jahe merah dibersihkan Nuratikah (31) untuk diolah bersama rempah-rempah menjadi sebuah minuman herbal dalam kemasan.

Pengusaha UMKM asal Desa Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon ini memberanikan diri banting setir dari usaha sebelumnya akibat pandemi Covid-19.

Dibantu oleh dua asistennya, jahe merah dan rempah-rempah tersebut dimasukkan ke penggorengan besar kemudian diaduk menjadi serbuk empon-empon jahe merah.

"Awalnya saya jualan pancake durian tape ketan dan kolang kaling tapi karena pandemi, toko oleh-oleh tutup dan supermarket di Cirebon  membatasi diri jadi sempat kebingungan mau jualan apalagi," kata Nuratikah pemilik usaha Empon-Empon Jahe Merah Neng Alena, Senin (8/11/2021).

Optimisme Nuratikah berjuang di tengah pandemi tersebut membuahkan hasil setelah dia membaca artikel Profesor Nidom di internet. Dalam artikel itu disebutkan, temulawak memiliki kandungan curcuma yang baik untuk menangkal virus.

Keyakinannya untuk berinovasi mengolah jahe semakin besar saat melihat berita Presiden Jokowi yang selalu minum jahe merah sebelum beraktivitas.

"Ini bisa dibilang nekat karena berpikir daripada uangnya dipakai untuk yang tidak jelas jadi saya coba olah jahe merah empon-empon dan Alhamdulillah masih bertahan sampai sekarang," ujar dia.

Menurut dia, olahan jahe merah dapat menjadi sebuah minuman yang bisa membantu memenuhi kebutuhan masyarakat saat masa pandemi Covid-19. Bahkan, hingga saat ini, Nuratikah mampu mengembangkan produk olahan jahe merah dengan rasa kekinian agar disukai kalangan muda di Cirebon maupun luar daerah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Produk Pengembangan

Seperti jahe merah rasa cokelat, susu kunyit terbaru susu jahe merah rasa tiramisu, kopi, dan green tea. Komposisi rasa dalam olahan jahe merah empon-empon cocok dinikmati seluruh kalangan masyarakat.

"Saat itu, saya melihat peluang pandemi orang membeli apa yang mereka butuhkan bukan yang mereka inginkan. Rempah-rempah salah satu yang dibutuhkan masyarakat," ujar dia.

Produk olahan Jahe Merah Neng Alena tersebut dijual Rp25 ribu sampai Rp30 ribu. Dalam sehari, Nuratikah memprodiksi rata-rata 30 kilogram atau 250 bungkus olahan jahe merah semua varian.

Dia menyebutkan, komposisi jahe merah empon-empon terdiri dari kunyit, temulawak, kayu manis, cengkeh, sereh dan rempah lain. Untuk produk inovasi olahan jahe merah yang lain tidak diberi rempah-rempah.

"Sebagian besar pemesan jahe merah empon-empon kemudian jahe merah rasa coklat dan varian rasa yang lain," sebut dia.

Dia mengaku, era digital tak hanya membuka mata untuk berinovasi pada produk UMKM. Sejak pandemi Covid-19, Nuratikah fokus berjualan menggunakan media digital.

Produk olahan Jahe Merah Neng Alena tersebut kini sudah bisa ditemui hampir di seluruh marketplace yang ada di Indonesia. Bahkan, produk olahan Nuratikah memiliki reseller hampir ke seluruh Indonesia.

"85 persen penjualan melalui digital dan 15 persennya kebanyakan lewat pameran yang saya ikuti bersama Bank Indonesia (BI)," sebut salah satu Mitra BI Jawa Barat ini.

Seiring longgarnya kebijakan pemerintah terkait PPKM, produk olahan Jahe Merah Neng Alena kini sudah ada di toko oleh-oleh Cirebon hingga supermarket.

"Target saya menguasai pasar nasional dan semakin banyak anak muda yang minum rempah-rempah," ujar dia.

3 dari 3 halaman

UMKM adalah Kunci

Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Barat Herawanto BI Jawa Barat mengatakan, digitalisasi jadi tema penting dari lima rekomendasi pusat untuk segala aspek kehidupan. Selain digitalisasi, poin penting lainnya adalah mendorong sektor UMKM untuk menjadi perhatian seluruh masyarakat.

Dia menjelaskan, sektor UMKM menjadi segmen yang melibatkan masyarakat banyak dengan strata luas. Bahkan, ketika pandemi dinyatakan berakhir, digitalisasi menjadi salah satu cara bertahan hidup dalam meningkatkan daya saing.

"Siapa pun harus menjangkau ke situ. Digitalisasi mau tidak mau dan jadi kunci ketika pandemi bertahan hidup," ujar dia.

Menurut dia, sebagian besar UMKM di Jawa Barat dapat dengan cepat belajar di masa pandemi. Pelaku UMKM mampu beradaptasi dari yang sebelumnya konvensional saat ini bisa berjualan di e-commerce.

Dia menjelaskan, pentingnya mengelola sektor UMKM untuk membantu stabilitas rupiah yang dapat memengaruhi keseimbangan arus modal masuk dan keluar.

"Salah satu hal yang patut diperhatikan seperti Thailand dan Malaysia itu aspek ekspornya kuat dan membantu menstabilkan nilai tukar mata uangnya. Logikanya ketika neraca pembayaran cenderung defisit artinya posisi negara kita terhadap luar sering dikatakan terindikasi ada kerawanan. Untuk itu, sektor UMKM menjadi kunci," ujar dia.

Namun demikian, kata dia, UMKM di Indonesia khususnya Jawa Barat tidak harus didorong ke pasar global. Jika pasar UMKM tersebut cenderung ke domestik, maka BI tetap akan mendorong agar terus berkembang.

Dia mengakui, Jawa Barat merupakan salah satu titik penting kreativitas di Indonesia. Kondisi tersebut menjadi modal untuk dikembangkan ke berbagai produk usaha dan jasa yang ada di semua lini UMKM.

"Inilah yang kami dorong terus agar UMKM maju maka stabilitas nilai tukar rupiah bagus," ujar dia.