Liputan6.com, Gunungkidul - Dampak gelombang pasang yang menerjang pesisir selatan Kabupaten Gunungkidul sejak sepekan ini mengakibatkan sejumlah kapal nelayan rusak. Meski tidak ada korban jiwa, tetapi diperkirakan para nelayan merugi hingga jutaan rupiah.
Seperti yang dialami Margono, warga Banjarejo, Kapanewon Tanjungsari, Gunungkidul. Kapal yang menjadi alat bantu Margono mencari nafkah pecah menjadi dua setelah dihantam gelombang pasang. Dirinya kini hanya berpangku pada penghasilan warung di Pantai Drini.
"Patah menjadi 2 bagian, dan tidak dapat diperbaiki. Ya saya cuma pasrah saja," kata Margono.
Advertisement
Margono menceritakan awal kejadian kapal miliknya patah. Pada Sabtu sore, setelah beraktivitas melaut, ia memarkirkan kapal dekat dengan tiang bakas pondasi yang terkena abrasi. Tali pengikat kapal pun ditambatkan pada besi.
Menurut Margono, gelombang pasang setinggi 4 meter tersebut membuat kapalnya terangkat dan tali tambatnya terlepas hingga terbawa arus ke tengah laut. Saat tali pengikat kapal akan diraih, gelombang pasang Kembali menerjang sehingga kapal terbalik dan patah.
"Lepas ikatannya dan terbawa arus ke tengah, dan di situ banyak batu karang, kapal saya tenggelam kemudian dihantam ombak lagi dan patah," dia menceritakan.
Usai kejadian, ia bersama nelayan lain mencoba meraih patahan kapal tersebut. Sambil menunggu air laut surut, satu persatu patahan kapal dapat diselamatkan. Bukan hanya kapal saja, jaring ikan milik nelayan lain juga banyak yang terbawa arus.
Selain milik Margono, ada 3 kapal nelayan lainnya yang juga mengalami kerusakan, mulai dari retakya lambung kapal, hingga patahnya tiang penyangga katir. Selain nelayan di Pantai Drini, satu kapal di Pantai Baron juga mengalami rusak berat, lambung kapal berlubang dihantam gelombang.
Menurut Koordintaor Sar Satlinmas Korwil II Baron, Marjono, gelombang pasang tersebut terjadi karena pergantian musim. Selain itu, pola arah angin dan curah hujan menyebabkan gelombang pasang bisa mencapai 5 meter.
"Ini karena cuaca dan pergantian musim kemarau ke musim penghujan. Dan masih akan berlangsung beberapa hari ke depan," dia menjelaskan.
Marjono menuturkan, langkah antisipasi sudah disampaikan secara lisan maupun pemantauan di tiap titik pantai sejak sepekan lalu. Hal ini menyusul dari pantuan satelit yang menunjukkan adanya potensi gelombang pasang dan gelombang tinggi.
"Dari pantauan satelit, kami sudah menginstruksi jajaran SAR di Korwil II untuk waspada dan terkait gelombang pasang tersebut," dia mengatakan.
Bukan hanya para nelayan yang menjadi perhatian SAR Satlinmas saat gelombang pasang, melainkan juga para wisatawan yang berkemah di pinggir pantai, tak luput dari pemantauan.
"Kalau nelayan pasti kamu sudah lakukan langkah awal, namun para wisatawan yang berkemah dan datang pada malam hari ini yang kami kesulitan memantau,"Â dia menjelaskan.
Meski demikian, ia selalu berkoordinasi dengan pengelola kawasan wisata agar dapat melaporkan jika ada wisatawan yang berkunjung pada malam hari untuk berkemah. Selain itu, diharapkan para pengelola kawasan juga bisa ikut memberikan penjelasan kepada pengunjung yang berkemah mengenai batas aman bermain dan berenang di pantai.
"Saya berharap tidak kejadian laka laut dari wisatawan, maka dari itu saya selalu berkoordinasi dengan pengelola kawasan," Marjono memungkasi.