Liputan6.com, Manggarai Timur - Mengenyam pendidikan seharusnya disambut dengan kegembiraan tetapi saat ini masih ada siswa yang harus merasa was-was saat berada dalam ruangan kelas yang sudah termakan usia.
Kondisi ini dialami siswa Sekolah Dasar Katolik (SDK) Lait/Sile di Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Nusa Tenggara Timur (NTT) bertahun-tahun. Sebuah potret belum meratanya pembangunan sarana prasarana pendidikan di Tanah Air.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi memprihatinkan ini sudah berlangsung sejak lama. Meski khawatir membahayakan siswa dan guru, dua ruangan kelas tak layak huni ini masih digunakan dalam proses belajar mengajar.
Bangunan yang dipakai untuk tempat belajar siswa-siswi kelas I dan II ini sungguh sangat miris. Terlihat dinding bangunan ruang belajar yang menggunakan papan sudah usang dan bolong di beberapa titik.
Selain itu, lantai semen ruangan kelas juga tampak pecah. Atap bangunan itu bocor. Hal ini tentu menjadi momok saat musim hujan tiba. Siswa menjadi tidak nyaman berada di dalam ruangan tersebut untuk menuntut ilmu. Suara tetesan hujan dari atap memecah konsentrasi siswa yang tengah mendengarkan penjelasan sang guru.
Erasmus Eman, Bendahara Komite SDK Lait saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya pada Senin (8/11/2021) mengatakan, sudah tujuh tahun pihaknya memaksakan kegiatan belajar mengajar dalam dua ruangan yang kondisinya sangat memprihatinkan itu.
"Sebanyak 30 murid dari kelas 1 dan kelas 2 yang menempati ruangan kelas yang sangat memprihatinkan itu. Kalau musim hujan begini, muridnya bertahan saja, kondisinya menyedihkan sekali," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, tidak nyaman untuk belajar dalam ruangan itu, terlebih saat memasuki musim hujan. "Yang saya takutkan itu saat kegiatan KBM berjalan, tiba-tiba ada angin dan gedung itu roboh. Kalau untuk kelas 3, 4, 5, dan 6 sudah permanen hanya temboknya belum diplester, lantainya juga masih lantai kasar," sebutnya.
Â
Simak Juga Video Pilihan Berikut:
Orangtua hanya Mampu Perbaiki Seadanya
Sementara itu, Sekretaris Komite SDK Lait, Benediktus Betu, mengakui kondisi dua ruangan tersebut sangat memprihatinkan. Sudah sekitar 7 tahun lebih anak-anak tetap belajar dalam ruangan yang menyedihkan ini. Ia menambahkan, kondisi sekolah dengan dua ruangan yang sangat memprihatinkan tersebut selalu dibahas dalam rapat komite sekolah.
"Hampir setiap tahun, para orangtua murid SDK Lait terlibat dalam rehab bangunan di sekolah itu, tetapi kondisi ini tetap saja seperti itu, sebab orangtua murid hanya bisa merehab sesuai dengan kemampuan mereka," katanya.
Sebagai pengurus komite yang baru, Benediktus berharap adanya perhatian dari pihak pemerintah setempat untuk membangun dua ruang belajar di SDK Lait yang kondisinya sangat memprihatinkan dan berisiko itu.
Advertisement