Liputan6.com, Berau - Pulau Maratua di Kabupaten berau, Kalimantan Timur (Kaltim) siap menyambut kebangkitan pariwisata pasca pandemi. Meski sempat terseok-seok karena tidak ada wisatawan, namun Maratua tetap bertahan dan kembali digaungkan menjadi destinasi wisata unggulan Kaltim.
Kepala Dinas Pariwisata Kaltim Sri Wahyuni mengungkapkan, terkendalinya Covid-19 di Kaltim, merupakan kabar gembira bagi pelaku-pelaku wisata. Tidak hanya pengusaha dan wisatawan, tapi juga masyarakat yang menjadikan pariwisata sebagai pendapatan utama.
“Maratua adalah destinasi wisata yang paling siap menyambut kebangkitan pariwisata pasca pandemi. Dibuktikan meski sempat redup, namun Maratua bisa bertahan,” katanya saat menjadi narasumber Capacity Building dan Temu Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kaltim Tahun 2021 di Pratasaba Resort Maratua, Berau yang berlangsung selama tiga hari, mulai hari Jumat (5/11/2021) hingga hari Minggu (7/11/2021).
Advertisement
Menurutnya, menyusul keputusan pemerintah kembali membuka sektor pariwisata, maka Pemprov Kaltim melalui Dinas Pariwisata dan BI berupaya keras mendorong pemulihan aktivitas sosial ekonomi Maratua.
“Kenapa Maratua, karena pariwisata Maratua adalah tulang punggung perekonomian setempat yang terdampak oleh pandemi. Oleh karenanya, kami dan BI itu bersinergi agar bagaimana Maratua ini kembali bersinar sebagai 10 detinasi wisata unggulan di Kaltim,” sebutnya.
Selama pandemi, lanjut dia, BI mendorong pemulihan dengan cepat di Pulau Maratua dan sekitarnya. Pengembangan pariwisata didukung dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berbasis ekonomi masyarakat terus dikembangkan. Tidak hanya itu, pemerintah pusat juga menggelontorkan bantuan untuk masyarakat terdampak.
"Untuk pelaku wisata dan ekonomi kreatif, Pemerintah Pusat memberi bantuan dana sebesar Rp5,575 miliar. Bantuan tersebut tersebar merata. Keputusan itu menyusul kondisi pariwisata yang melemah sejak April hingga Juni 2020, industri pariwisata tiarap,” ungkapnya.
Simak Juga Video Pilihan Berikut
Bantuan Bank Indonesia
Beruntung, BI kemudian memutuskan penguatan di Pulau maratua. Sri menyebut, BI hadir di tempat dan waktu yang tepat.
“Dari BI untuk Maratua, itu sebutannya. Hasilnya, pandemic melandai dan ekonomi pariwisata kembali pulih,” lanjutnya.
Agar tetap terjaga dengan Protokol Kesehatan ketat, Sri menyebut Maratua harus Menerapkan standarisasi CHSE (cleanliness, health, safety,Environmental Sustainability). Penerapan ini diharapkan bisa meyakinkan wisatawan untuk datang, tanpa khawatir penularan covid19.
“Penerapan standarisasi CHSE ini sangat penting, mengingat animo pelaksana usaha wisata sangat berpengaruh pada minat pengunjung. Jadi kita bekerja di tempat yang sehat, dikunjungi orang-orang yang sehat, berwisata di tempat-tempat yang sehat," tandas Sri.
Sementara itu Koordinator Pusat Perencanaan Pengembangan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (P-P2PAR ITB), Yani Andriyani menjelaskan penerapan CHSE di Maratua perlahan terpenuhi semua. Semua pengusaha homestay dibawah bimbingan BI, wajib memiliki Nomor Induk berusaha (NIB). Tujuannya, agar mudah mengurus sertifikasi standar CHSE.
“Masyarakat pelaku usaha kreatif, UMKM dan pariwisata kita bimbing. Untuk penerapan CHSE ini khususnya untuk pemilik homestay sudah dibantu untuk memiliki NIB dulu. lalu sertifikasi CHSE ini bisa langsung diajukan,” pungkasnya.
Advertisement