Sukses

Ahli Geologi Peringatkan Tingginya Potensi Longsor di Banjarnegara dan Purbalingga

Tingginya curah hujan di Banjarnegara ditambah kemiringan tanah menjadikan potensi tanah bergerak atau longsor sangat tinggi.

Liputan6.com, Banjarnegara - Ahli geologi dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Prof Sari Bahagiarti Kusumayudha dan Andi Sungkowo memperingatkan bahaya potensi longsor akibat curah hujan yang tinggi di Banjarnegara dan Purbalingga.

Andi Sungkowo mengungkapkan, tingginya curah hujan di Banjarnegara ditambah kemiringan tanah menjadikan potensi tanah bergerak sangat tinggi.

Dia mencotohkan kasus longsor di Sijeruk tahun 2006. Kala itu, intensitas hujan sangat tinggi. Sementara pepohonan tidak cukup menikat erat tanah.

Potensi longsor itu bertambah setelah beberapa hari sebelum longsor warga bekerja bakti memotong lereng untuk membuat jalan.

“menjadikan longsoran bisa sangat hebat terjadi. Karenanya, saya harap hati-hati ketika memotong lereng. Lihat kondisi di atasnya seperti apa, karena bisa memicu longsor,” katanya, Kamis (11/11/2021).

Prof Sari Bahagiarti Kusumayudha mengungkapkan, pencegahan atau mitigasi sangat efektif mengurangi dampak risiko bencana longsor tersebut. Karenanya, sejak awal perlu studi untuk menentukan langkah yang diambil dalam rangka mitigasi tersebut.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Mitigasi dengan Tanaman

Jika menggunakan tanaman, maka harus dipastikan tanaman tersebut mampu mengikat tanah dengan kuat. "Pastikan tanaman yang dipakai untuk pengikat tanah tepat, dengan akar tunggang yang mampu mengikat tanah,” ucap Sari.

Sementara, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah Sujarwo Dwi Atmoko mengungkapkan, warga dan pihak terkait harus tanggap dalam situasi curah hujan yang tinggi. Ketika mampu menganalisa gejala-gejala yang ada pada alam, maka akan menjadikan penyikapan yang tepat. Menurut dia, longsor biasanya diawali dari rekahan berbentuk tapal kuda di atas bukit. Jika ada rekahan, maka harus segera dipantau dan awasi tiap saat.

Jika Kondisi semakin berbahaya, maka opsinya adalah mengungsikan warga secepat mungkin. Sebaliknya, jika gerakannya lambat, maka warga bisa menutup rekahan tersebut tanpa mengendorkan kewaspadaan.

“Tiap menit, tiap jam agar tidak kecolongan. Kalau pergerakan tanahnya cepat, segera ungsikan warga yang ada di bawah. Kalau gerakannya lambat, masih bisa ditutup rekahannya, dan jangan biarkan ada air masuk ke dalam rekahan. Maka hal itu bisa mencegah longsoran. Prinsipnya selalu waspada,” tegas Sujarwanto.

Penulis: Heni Purwono