Liputan6.com, Garut - Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, tantangan cuaca ekstrem dan krisis pandemi Covid-19 saat ini, menjadi dua hambatan utama sektor pertanian dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
“Namun keduanya bukan alasan untuk tidak berproduksi, mengingat pertanian sudah memanfaatkan kecanggihan teknologi dan mekanisasi,” ujar dia dalam kunjungannya di Limbangan Garut, Jawa Barat, Ahad (14/11/2021).
Menurutnya, Kementerian Pertanian mendapatkan tugas berat dari pemerintah untuk tetap berkonsentrasi menjaga ketahanan pangan nasional hingga kuartal pertama tahun depan.
Advertisement
“Terutama di cuaca ekstrem sampai dengan bulan Maret,” kata dia.
Baca Juga
Untuk menghadapi tentangan tersebut, lembaganya meminta seluruh pemerintah daerah bersinergi, dalam mengamankan cadangan makanan dan ketahanan pangan yang kuat menghadapi cuaca ekstrem itu.
“Saya hari ini berbahagia melihat apa yang telah dilakukan Kabupaten Garut, Pak Bupati, terimakasih. Ini luar biasa,” ujar dia mengapresiasi upaya Pemda Garut yang mampu menghasilkan ratusan ibu ton komoditas jagung selama pandemi berlangsung.
Menurutnya, pemerintah harus memberikan perhatian bagi sektor pertanian, sehingga mampu menggerakan ekonomi masyarakat, terutama saat krisis selama pandemi Covid-19.
“Masyarakat tidak perlu risau terhadap tantangan-tantangan yang ada,” dia mengingatkan.
Dalam kesempatan itu, Menteri SYL menyaksikan penandatanganan Pakta Integritas Pengembangan Jagung oleh perwakilan Kepala Dinas Pertanian dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
39 Persen PDRB Garut Dari Pertanian
Bupati Garut Rudy mengatakan sebagai kawasan subur pertanian di Jawa Barat, Garut memiliki potensi besar dalam menjaga ketahanan pangan termasuk menunjang ekonomi rakyat melalui sektor pertanian.
"Saya berterima kasih kepada Pak Menteri yang telah memberikan dorongan kepada kami (Garut) sehingga komunikasi antar pemerintah pusat dan daerah selalu terbuka dan produksi kami terus meningkat,” kata dia.
Rudy menyebutkan, sekitar 39 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Garut berasal dari sektor pertanian, sementara sisanya disumbang dari sektor lain seperti wisata dan lainnya.
Saat ini Garut memiliki lahan pertanian produktif sekitar seluas 3.000 kilometer persegi. Rinciannya sekitar 1.700 kilometer persegi milik Kabupaten Garut, sementara sisanya milik Perhutani, BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), dan PTPN (PT Perkebunan Nusantara).
“Tentu kami memperhatikan lingkungan hidup, kami tidak akan memberikan izin Pemerintah Daerah terhadap penggunaan tanah Perhutani yang akan mengakibatkan ekosistem terganggu,” kata dia.
Advertisement