Liputan6.com, Garut - Harga minyak goreng yang terus meroket saat ini, membuat pedagang gorengan di Garut, Jawa Barat, meradang. Mereka tak sedikit memilih tutup lapak untuk sementara waktu, sambil menunggu turunnya harga.
Ai (45) salah seorang pedagang gorengan di bilangan jalan Karangpawitan mengatakan, harga minyak goreng terus merangkak naik dalam dua pekan terakhir, membuat beban produksi bertambah.
“Awalnya kami biasa membeli minyak seharga Rp 13-14 ribu per kilogram, namun saat ini Rp 17-20 ribu per kilogram,” katanya, Minggu (14/11/2021).
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, sebagai bagian utama dalam proses penggorengan produk makanan, kenaikan harga minyak goreng membebani dirinya dan para pedagang lainnya.
“Untuk sementara waktu saya tutup dulu karena nombok, lagian harga gorengan juga sulit dinaikan,” kata dia.
Sebelum kenaikan berlangsung, rata-rata harga minyak goreng dalam kemasan yang dijual di pasaran berkisar di angka Rp13-14 ribu per kilogram, atau sekitar Rp26-28 ribu dalam kemasan dua kilo gram.
“Sekarang rata-rata kami membeli minyak seharga Rp37-40 ribu per kemasan dua kilogram,” kata dia meradang.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pedagang Sulit Menaikan Harga
Sebagai komoditas jualan warga sekitar, kenaikan harga minyak goreng saat ini tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh akibat sulitnya menaikan harga satuan.
“Kalau di wilayah perkotaan mungkin (harga gorengan) bisa naik, tapi kalau di rumahan seperti saya sulit menaikan harga,” ujar Ai.
Untuk menekan kenaikan harga, Ai bersama pedagang gorengan lainnya berharap Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut segera turun tangan, memastikan ketersediaan minyak goreng di pasaran dengan harga terjangkau.
“Mungkin juga (karena) ada kelangkaan, sebab kenaikan ini tidak ujung-ujug mesti ada penyebabnya,” ujar dia memprediksi kenaikan minyak akibat kelangkaan minyak di pasaran.
Advertisement