Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Limbah kelapa sawit yang biasa hanya dibuang atau dibakar ternyata bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Limbah itu adalah pelepah kelapa sawit. Dari limbah ini dapat menghasilkan lidi sawit yang laris-manis di pasar global dan menambah devisa negara.
Inilah yang dimanfaat masyarakat Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Geliat usaha ini makin berkembang yang dimotori Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dan didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Dari hasil ini banyak warga yang terbantu dari segi ekonomi.
Kecamatan yang berada di wilayah pesisir Kalimantan Timur ini selain kaya dengan hasil laut, wilayah ini juga menyimpan potensi perkebunan. Kebanyakan warga desa mulai berkebun, mulai dari kebun rempah hingga perkebunan kelapa sawit.
Advertisement
Baca Juga
Ribuan lahan perkebunan yang didominasi kebun kepala sawit berkembang sangat pesat. Kecamatan ini bahkan sudah memiliki pabrik pengolahan sendiri.
Biasanya setelah kegiatan penunasan dan pemamenan, kelapa sawit dapat menghasilkan 10 ton per hektar per tahun limbah pelepah pada luasa areal 1 hektar. Tentu sangat disayangkan jika limbah sebesar ini hanya dibuang atau dibakar.
Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah pun terus mendorong potensi ini agar benar-benar dimanfaatkan dengan baik. Khususnya demi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Ia mendorong Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memanfaatkan peluang ini.
“Kami akan terus komunikasikan dengan pengusaha kebun kelapa sawit. Karena ini cuman jadi sampah atau limbah saja, dibuang dan dibakar. Ada peluang ini kita arahkan agar bisa jadi keunggulan desa dan tentunya nilai ekonomis,” ujar Edi Damansyah, Kamis (18/11/2021).
Simak juga video pilihan berikut
Melibatkan Empat Desa Di Kecamatan Muara Badak
Luasnya perkebunan kelapa sawit kini membuka peluang banyak usaha. Salah satunya adalah pengolahan limbah. Warga di empat desa kecamatan Muara Badak ini mulai memanfaatkan limbah pelepah kelapa sawit untuk diolah menjadi lidi. Lidi merupakan produk ekspor yang diminati konsumen luar negeri.
Berkat Kerjasama yang baik antara pemerintah desa, pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, kini warga desa berupaya keras untuk memenuhi produk ekspor lidi. Dibantu oleh pendamping desa, warga kini mulai memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit sehingga bernilai ekonomis.
Ada empat desa yang terlibat yakni Desa Batu-batu, Desa Muara Badak Ulu, Desa Salo Palai, dan Desa Saliki.
Keempat kepala desa sepakat mendorong warganya mengolah daun kelapa sawit menjadi lidi. Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes masing-masing desa bertugas mengumpulkan dan membayar hasil tangan warga desa yang kebanyakan dikerjakan oleh kaum ibu.
Setelah terkumpul dengan jumlah yang telah ditargetkan untuk ekspor, BUMDes akan menyerahkan ke pihak ketiga yakni perusahaan eksportir, untuk dikirim ke luar negeri. Perusahaan eksportir telah menandatangani MoU dengan BUMDes terkait pembelian lidi dari warga ini.
Upaya memanfaatkan limbah kebun kelapa sawit menjadi lidi ini disambut baik oleh aparatur desa. Mereka kemudian mendorong warganya untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari rumah masing-masing.
Kepala Desa Batu-batu, Basri sangat mendukung kegiatan pemanfaatan limbah kelapa sawit ini. Ia, perangkat desa dan BUMDes telah bergerak mengajak masyarakat desa bersama-bersama mengumpulkan lidi dari limbah pelepah kelapa sawit ini.
“Alhamdulillah kami telah mengambil kesempatan ini. Apalagi limbah pelepah sawit di desa batu-batu ini cukup melimpah yang awalnya hanya jadi limbah. Akan ada nilai ekonominya,” ujar Basri.
Selaras dengan Basri, Ruslan Efendi, Kepala Desa Muara Badak Ulu juga antusias dengan adanya pemanfaatan usaha lidi nipah dan kelapa sawit ini. Ruslan menyebut ibu-ibu di desanya kini telah memiliki pemasukan tambahan.
Advertisement
Awalnya Limbah kemudian Jadi Produk Bernilai Tinggi
Hampir semua bagian dari kelapa sawit dapat dimanfaat sebagai sumber ekonomi. Dari tandan kosong kelapa sawit, cangkang, limbah cair, batang hingga pelepah sawit. Semua dapat diekspor sehingga menghasilkan devisa negara. Maka tak heran kelapa sawit mendapat julukan sebagai incredible tree.
Pemanfaatan daun kelapa sawit yang diolah menjadi lidi ini awalnya tidak dilirik oleh warga. Hingga kemudian berkat sinergi yang baik semua lini pemerintahan, tercetus ide untuk mengekspor lidi yang selama ini hanya dibakar.
Padahal setiap pohon kelapa sawit memiliki 40-50 pelepah per pohon per tahun yang menjadi limbah. Rasanya sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara optimal.
Apalagi tren ecofriendly yang sedang marak saat ini serta ketertarikan konsumen di negara luar sangat besar terhadap sesuatu yang unik dan berbahan dasar alam yang tidak ada di negara tersebut, prospek bisnis dan peluang ekspor produk inovatif berbasis lidi sawit makin potensial.
Selain kelapa sawit, warga Muara Badak yang geografisnya pesisir pantai ini juga menanfaatkan daun nipah yang tumbuh liar untuk dijadikan lidi. Lidi dari daun nipah juga memiliki kualitas yang sangat baik. Agar tidak menganggu eksosistem pesisir, penebangan daun nipah juga mengikuti pola yang ramah lingkungan.
Selain produk lidi, kecamatan muara badak juga bersiap mengekspor lada dan arang. Kualitas arang di kecamatan ini diyakini bisa menembus pasar eropa.
Potensi-potensi yang dimiliki kecamatan muara badak terus bermunculan. Selain produk perkebunan dan perikanan, pontensi wisata di kecamatan ini juga sangat besar. Kreatifitas setiap pemerintahan desa menjadi kunci perkembangan desa di masa yang akan datang.
Ekspor Lidi ke Berbagai Negara
Dengan perminat tinggi dari luar negeri, pemanfaat limbah lidi kelapa sawit akan memacu ekonomi masyarakat desa. Lidi-lidi dari kecamatan Muara Badak ini telah diekspor sampai Kanada.
Lidi nipah dan lidi kelapa sawit ini awalnya dikeringkan, lalu dibeli oleh BUMDes dengan harga di kisaran Rp2 ribu dari perajin, kemudian oleh masing-masing BUMDes dikumpulkan dan disetor ke eksportir yang sudah melakukan perjanjian kerja sama.
Rinciannya adalah BUMDes Bina Mandiri di Desa Muara Badak Ulu, BUMDes Karya Prima di Desa Salo Palai, BUMDes Maranu di Desa Batu-Batu, dan BUMDes Mekar Sejati di Desa Saliki.
Lidi nipah dan lidi kelapa sawit yang telah diekspor itu berjumlah 25 ribu ton. Ekspor perdana itu berlangsung dalam momentum peluncuran event penguatan ekonomi nasional Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) Kaltim 2021 secara virtual melalui pemutaran video proses ekspor di Pelabuhan Peti kemas Palaran, Samarinda, 12 Oktober 2021 lalu.
“Total lidi nipah dan lidi kelapa sawit yang siap diekspor ke Kanada di tahap awal ini sekitar 25 ton. Ekspor komoditi ini akan terus berlanjut secara berkala, bahkan ke depan pasarnya akan dikembangkan hingga ke India dan Bangladesh,” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kaltim M Syirajudin.
Permintaan lidi nipah dan kelapa sawit besar dan banyak permintaan datang dari banyak negara. Sebelumnya di tahun 2020 Indonesia juga pernah mengekspor lidi ke India. Permintaan juga datang dari Pakistan dan Nepal.
Nantinya lidi ini akan dipakai untuk produk-produk rumah tangga, selain itu bahan lidi ini juga dimanfaatkan menjadi kerajinan seperti piring hingga tas.
Dalam laporan Palm Oil Indonesia dikatakan, "Tingginya preferensi dan minat konsumen pasar global terhadap produk ecofriendly, otentik tradisional, dan produk hasil kerajinan tangan yang dianggap memiliki value yang tinggi merefleksikan peluang pasar produk piring anyaman lidi sawit yang sangat besar."
Advertisement
Dorongan Bupati Kutai Kartanegara
Bupati Kukar, Edi Damansyah mengapresiasi kerja BUMDes dan meminta mereka terus jeli dalam melihat berbagai peluang maupun potensi desa untuk menggerakkan perekonomian masyarakat desa.
Edi juga mengingatkan bahwa BUMDes tidak hanya bergerak sendiri-sendiri dan tidak terpaku sebagai unit usaha simpan pinjam semata. Akan tetapi harus mampu menangkap peluang-peluang yang ada.
Edi menyebut Pemkab Kukar akan selalu mendampingi dan memantau agar BUMDes dapat meningkatkan pengelolaan dan fokus maju.
“Yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten adalah bagaimana memberikan akses pasar. Ini sudah menunjukkan bahwa lompatan cukup majusekali. Tinggal nanti sebagaimana visi Pemkab Kukar yaitu menguatkan BUMDes, yaitu dengan meningkatkan kompetensinya,” tambah Edi Damasnyah.
Edi berharap dapat dirumuskan strategi yang optimal untuk meningkatkan perekonomian, pendapatan, dan pengelolaan potensi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat