Liputan6.com, Pekanbaru - Kerjanya kini mulai santai bahkan lebih banyak "tidurnya". Kembali lagi ke rutinitas awal yaitu mengabadikan peristiwa hukum dan kriminal di Pekanbaru. Tak ada lagi baju hazmat ataupun masker berlapis-lapis.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan beberapa bulan sebelumnya. Dia "terpaksa" hilir mudik masuk ke rumah sakit untuk mengabarkan perkembangan Covid-19 di Riau bagi masyarakat luas.
Advertisement
Baca Juga
Dia adalah Dermawansyah, video jurnalis di salah satu televisi swasta nasional. Sejak pandemi Covid-19, sebutan wartawan berani mati demi sebuah berita melekat kepada pria disapa Mawan ini. Seolah tak ada tak takut baginya meliput pasien terpapar virus corona secara langsung.
Apa yang dilakukannya terbilang nekat dibanding jurnalis lainnya. Pada saat orang menjauh dari virus corona, pria 26 tahun ini malah mendekati bahkan sengaja mencari pasiennya.
Tak jarang, pria asal Kabupaten Rokan Hulu ini masuk ke ruang isolasi tempat pasien Covid-19 bergejala berat dirawat. Sebuah ruangan yang bahkan tidak semua petugas medis mau bertugas di sana.
Selama meliput Covid-19, Mawan melihat pasien berada di ambang hidup dan mati. Dia menyaksikan langsung bagaimana virus corona memberikan dampak buruh bagi kesehatan, khususnya bagi yang memiliki penyakit bawaan.
Biasanya, Mawan masuk ke ruang Pinere Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pekanbaru. Ruangan yang beberapa bulan lalu penuh sesak oleh pasien virus corona karena lonjakan kasus Covid-19 di Riau.
Sejumlah lokasi isolasi terpadu pernah dimasukinya. Dengan sorot kamera, dia menyaksikan bagaimana setiap warga terkonfirmasi Covid-19 berjuang sembuh agar kembali kepada keluarganya.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak video pilihan berikut ini:
Tidak Hanya Profesi
Memang, pekerjaannya ini tak lepas dari tuntutan profesi. Namun, ada misi khusus bagi dirinya yaitu memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa virus corona itu memang benar adanya.
"Dulu kan banyak orang ngomong Covid-19 itu tidak ada, bilang ini konspirasi, bilang hoaks, saya ingin memberikan pemahaman melalui berita bahwa virus corona itu memang ada," cerita Mawan kepada Liputan6.com, Minggu petang, 21 November 2021.
Mawan menuturkan, tak semua jurnalis bisa masuk ke ruang Pinere RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru ataupun lokasi isolasi terpadu pemerintah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya pernyataan siap terpapar.
Jika mendapat izin, Mawan tak ujuk-ujuk meliput begitu saja. Harus ada pendamping dari petugas medis.
Biasanya, adalah juru bicara Satgas Covid-19 di Riau, dr Indra Yovi, yang merupakan dokter spesialis paru dan bertugas di ruang tersebut.
Pendampingan ini sangat penting, mengingat ada beberapa rahasia medis pasien yang tak boleh diketahui khalayak ramai.
"Bagian wajah itu tidak boleh diambil karena kerahasiaan pasien," ucap Mawan.
Advertisement
Menyiksanya Hazmat
Selama liputan di ruang isolasi, protokol kesehatan Covid-19 adalah hal mutlak. Bukan sekadar masker, melainkan protokol medis yang mau tidak mau harus diikutinya.
Sebut saja memakai pelindung mata dari kaca dan sarung tangan. Masker berlapis-lapis yang dilem agar tidak longgar. Hingga menggunakan hazmat berlapis serta sepatu bot seperti petugas medis.
Kekhawatiran selalu menyelimuti Mawan selama liputan. Terbesit di pikirannya, bagaimana jika nanti terpapar. Namun dirinya dikuatkan oleh doa dan keyakinan bahwa tugasnya memberitakan Covid-19 adalah mulia.
"Yang penting safety, dan niat baik melaporkan perkembangan penanganan Covid-19 ke masyarakat," tutur Mawan.
Menurut Mawan, memakai hazmat bukanlah hal nyaman. Satu jam saja, keringat sudah bercucuran karena udara panas terperangkap di dalam hazmat.
"Sampai celana dalam basah karena keringat, itulah yang selama ini dirasakan tenaga medis karena berjam-jam memakainya," ucap Mawan.
Terakhir kali masuk ke ruang Pinere RSUD Arifin Ahmad, kata Mawan, jumlah pasien Covid-19 sedang banyaknya. Ruangan hampir penuh, ada anak-anak juga.
"Ada yang sesak, ada yang tengah kritis, di situlah terlihat bagaimana virus corona ini kalau sudah berat, di sini juga terlihat perjuangan dokter berusaha menguatkan pasien agar sembuh," jelas Mawan.
Pentingnya Vaksin dan Protokol Kesehatan
Keluar dari ruang isolasi, Mawan melepas hazmat dan menaruhnya di tong sampah karena hanya sekali pakai. Dia memastikan dirinya harus bersih sebelum pulang, bahkan harus mandi di rumah sakit.
"Setelah yakin betul-betul bersih, langsung pulang, enggak gabung dulu sama wartawan lain," kata pria yang selalu tinggal sendiri di rumahnya ini.
Mawan kini bersyukur sudah tak lagi liputan ke rumah sakit atau tempat isolasi terpadu. Ini mengingat jumlah kasus positif Covid-19 di Riau, khususnya Pekanbaru, terus turun. Namun, dia menyatakan selalu siap jika harus meliput ke ruang isolasi lagi.
"Tapi sebaiknya janganlah, doanya Riau agar Riau bebas dari Covid-19, selamat dari gelombang ketiga," doa Mawan.
Sering berhadapan dengan pasien Covid-19 ternyata tak membuat Mawan terpapar. Dia merasakan betul bagaimana disiplin protokol kesehatan membuat dirinya terlindungi.
Ditambah lagi dengan menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas seperti berolahraga serta mengonsumsi makanan serta minuman sebagai booster.
"Setiap pagi berjemur, kadang lari, minum vitamin. Alhamdulillah sampai sekarang tidak terkena," kata Mawan.
Selain protokol kesehatan, Mawan yakin dirinya terhindar dari Covid-19 karena vaksin. Dia termasuk warga yang sadar vaksin karena langsung mendaftar ketika vaksinasi diadakan pertama kali di Riau.
"Sejak divaksin itu saya berani masuk ruang isolasi. Alhamdulillah aman sampai sekarang," jelasnya.
Advertisement