Liputan6.com, Jakarta - Musik adalah produk budaya yang penggemarnya meluas di seluruh kalangan, dari kalangan tua atau muda, pria maupun wanita. Bukan hanya membuat senang, musik punya manfaat besar untuk kesehatan.
Musik terbukti mampu merelaksasi pikiran, meringankan insomnia, menurunkan tekanan darah, serta menormalkan aritmia jantung. Sebuah studi membuktikan terapi musik merupakan metode efektif untuk mengurangi stres dan mengelola kecemasan. Melalui terapi musik pendengar dapat merasakan, mengekspresikan emosi juga perasaan mereka.
Advertisement
Baca Juga
Umumnya indikator kecemasan ditengarai adanya perasaan khawatir, was-was. Penyebab anxiety atau gangguan kecemasan dapat disebabkan berbagai hal, seperti kekhawatiran sesaat sebelum bertanding, kecemasan saat mengangkat telepon atau yang sekarang dikenal dengan istilah phone phobia, atau perasaan nervous saat akan berbicara di khalayak massa.
Musik sebagai gelombang suara memicu suatu respon peningkatan hormon endorfin yang berpengaruh terhadap suasana hati serta mengurangi tingkat kecemasan seseorang. Melalui pemberian musik kepada personal yang sedang mengalami kecemasan menyebabkan adanya pelepasan endorfin dalam sistem kontrol descenden yang mengakibatkan menurunnya jumlah stimulasi yang dikirim ke otak.
Melalui nada-nada yang terlantun dalam musik mengubah stimulasi tersebut menjadi alpha. Gelombang tersebut memberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman sehingga pendengar merasa lebih berkonsentrasi dan merasa senang.
Peran musik dalam terapi yaitu membantu mengekspresikan perasaan, mengurangi ketegangan otot, dan mengurangi kecemasan seseorang. Mendengarkan musik favorit akan menstimulasi otak untuk melakukan proses analisis terhadap lagu tersebut, melalui saraf koklearis musik ditangkap dan diteruskan ke saraf otak yang berpengaruh terhadap hipofisis yang berperan melepaskan hormon beta endorfin (hormon kebahagiaan).
Terapi musik sudah banyak digunakan oleh para ahli guna menurunkan kadar kecemasan yang berlebih, salah satunya dipraktikan kepada pasien kanker di Iran. Terapi ini bisa Anda coba di rumah, tepatnya 30 menit sebelum melakukan aktivitas yang memicu kecemasan.
Shabrina Rizky, mahasiswi Universitas Djuanda Bogor