Sukses

Dapat Apresiasi World Bank, Pembangunan RS Jantung Sulawesi Tenggara Capai 45 Persen

Rumah sakit jantung di Kendari, mendapat apresiasi Bank Dunia setelah memaksimalkan keselamatan kerja buruh dalam penyelesaian proyek gedung.

Liputan6.com, Kendari - Pengerjaan gedung Rumah Sakit Jantung Sulawesi Tenggara sudah mencapai lantai 17. Saat ini, tengah dilakukan pengecoran top floor. Jika kelar dalam beberapa hari kedepan, bangunan vital yang berdiri di lahan bekas RSUD Provinsi Sultra, bakal  menjadi salah satu bangunan tertinggi di Kota Kendari.

Saat ini pihak kontraktor dan Dinas Cipta Karya Provinsi Sulawesi Tenggara menggenjot pengerjaan hingga sudah mencapai 45 persen. Alasannya, pembangunan fasilitas publik dengan anggaran Rp400 miliar lebih, sempat terhambat saat pandemi Covid-19 dan menyebabkan sejumlah pengerjaan beberapa spot dan lantai tertunda.

Menurut Kepala Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Bina Konstruksi Provinsi Sulawesi Tenggara, Dr Ir Pahri Yamsul MSi, pekerjaan konstruksi sipil sudah selesai. Saat ini, pihaknya bersama kontraktor sedang membereskan pekerjaan konstruksi arsitektur.

"Target penyelesaian tetap belum bergeser, Insya Allah Oktober 2021," ujar Pahri Yamsul.

Dia juga mengatakan, saat ini pihaknya menambah jam kerja untuk mengejar penyelesaian. Penambahan jam sejak menjelang malam, hingga pukul 22.00 Wita. Kadang, ada pekerjaan hingga pukul 04.00 pagi.

"Meskipun demikian, keselamatan pekerja mudah-mudahan tetap kami jaga dan prioritaskan, sehingga semua bekerja dengan kewaspadaan ketelitian, semangat tinggi," ujar Pahri Yamsul.

Terkait hal ini, pihaknya mendapat apresiasi terkait K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dari World Bank dalam rapat via zoom, Selasa (30/11/2021) di Kendari. Menurutnya, apresiasi datang setelah pihak Wolrd Bank melihat pihaknya maksimal mengupayakan kesematan dan kesehatan karyawan, meskipun tantangannya tidak sedikit saat berupaya mengejar ketertinggalan pekerjaan.

Diketahui, pembangunan rumah sakit jantung dan pembuluh darah di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, kini sudah berjalan hampir dua tahun. Sejak 2019, menggunakan anggaran Rp400 miliar lebih, rencananya bakal menjadi rumah sakit jantung pertama di kawasan timur Indonesia sejak peletakan batu pertama dimulai Kamis (29/8/2019).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Proyek Ambisius Gubernur Ali Mazi

Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, getol ingin menjadikan rumah sakit yang dibangun dengan pinjaman PT SMI sebesar Rp400 miliar sebagai salah satu aset penting dan bermanfaat untuk daerah. Hasil akhir pembangunan rumah sakit, bisa menjadi rujukan di wilayah sulawesi.

"Sehingga, masyarakat mudah mendapatkan akses pengobatan dan perawatan," ujar Ali Mazi beberapa waktu lalu.

"Kasihan, warga kita sudah sakit jantung harus bolak balik naik pesawat, keluar daerah untuk berobat. Kalau bisa disini, kenapa harus keluar," sambungnya.

Dia juga berharap, mahasiswa Sultra di Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo Kendari bisa fokus belajar di Kota Kendari. Sehingga, mereka tidak harus keluar daerah untuk menambah ilmu pengetahuan.

Kepala Dinas Cipta Karya Bina Konstruksi Tata Ruang menyatakan, sejak awal pembangunan, pihaknya kerap mendapat sorotan publik. Mulai dari efektifitas hingga waktu pengerjaan.

"Dibalik itu, banyak yang belum paham, salah satunya jika prosedur keluarnya anggaran melalui PT SMI sebagai pemberi pinjaman, kadang butuh waktu panjang dan ada alur yang mesti kami lewati," kata Pahri Yamsul.

Dia menjelaskan, pernah di tengah pandemi Covid-19, pihaknya mengurus keluarnya anggaran di kantor PT SMI di Jakarta. Namun, kantor PT SMI, sempat mengalami lockdown karena ada beberapa karyawan di gedung terkena Covid-19.

Mesti butuh beberapa pekan menunggu, sebelum mereka memutuskan keluar bandara dan kembali ke Sultra. Jika tak segera kembali ke Sultra, bandara akan memberlakukan prosedur ketat yang tidak membolehkan penumpang domestik bebas berkeliaran.

"Contoh-contoh kecil seperti itu, kadang belum banyak dipahami orang. Sehingga, kadang ada kritik tanpa memperhatikan latar belakang," ujarnya.

Setelah hampir dua tahun pembangunan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menargetkan pembangunan akan selesai dalam 18 bulan kedepan. Namun, target ini memiliki sejumlah tantangan.

Salah satunya, pengujian konstruksi tarik besi yang mesti dilakukan di Laboratorium Universitas Hasanuddin Makassar. Besi dan baja dimaksud, yakni besi yang diusulkan pihak kontraktor untuk dipakai sebagai rangka utama.

Provinsi Sulawesi Tenggara belum memiliki laboratorium khusus uji besi. Sehingga, kota terdekat denga fasilitas lengkap menjadi aternatif.

Kepala Dinas Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara Dr Ir Pahri Yamsul MSi mengatakan, uji besi menentukan kuat atau tidaknya baja dan besi yang akan dipakai untuk menopang struktur bangunan.

"Saat ini, uji besi sudah selesai dilakukan dan lolos untuk melakukan pembangunan di lantai selanjutnya, Kami sedang melakukan pengecoran lantai 7. Sebelumnya, pembangunan baru sampai di lantai 5," kata Pahri Yamsul.

Diketahui, Sultra saat ini hanya memiliki laboratorium konstruksi uji beton. Universitas Halu Oleo Kendari dianggap memiliki laboratorium layak dengan fasilitas dan sumber daya manusia yang tersedia.

Â