Liputan6.com, Jakarta - Polres Karawang berhasil membongkar aksi polisi dan bhayangkari gadungan usai videonya viral di media sosial. Kapolres Karawang AKBP Aldi Subartono mengatakan, kedua pelaku mengaku membeli seragam polisi dan istri polisi dari toko online. Aldi mengatakan, pihaknya juga memburu toko online yang menjual seragam tersebut.
Aksi polisi dan bhayangkari gadungan itu terbongkar bermula dari video TikTok berdurasi 18 detik. Video tersebut bikin gaduh lantaran, wanita berpakaian bhayangkari itu menyindir dan membandingkan seragam TNI dan Polri. "Kacang hijau memang bergizi, tapi coklat bikin nyaman. Bikin tenang di hati lagi," ucap wanita tersebut, di sampingnya ada pria mengenakan seragam polisi. Pelaku yang juga sejoli itu berinisial RA (35) dan RW (28) ditangkap di Karawang. Polisi memastikan keduanya bukan suami istri anggota kepolisian.
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Viral Kisah Polwan DIpukul Oknum TNI
Kisah pemukulan anggota polwan oleh oknum TNI di Kalimantan Tengah viral di media sosial. Korban polwan mengaku dipukul anggota Korem 102/Panju Panjung di tempat hiburan malam. Kabid Humas Polda Kalimantan Tengah Kombes Kismanto Eko Saputro membenarkan adanya peristiwa itu. Eko mengatakan, peristiwa pemukulan itu bermula saat petugas kepolisian menggelar patroli rutin protokol kesehatan di Kota Palangkaraya.
Saat tiba di tempat hiburan malam, petugas patroli melihat ada keributan. Saat ingin melerai, seorang polwan malah terkena pukulan oknum TNI. Pihak kepolisian mengaku mendukung upaya yang dilakukan TNI dan mengatakan pertikaian ini telah selesai.
Advertisement
Pelajar SMP Tusuk Teman karena Sering Dibully
Tak tahan kerap jadi korban perundungan, seorang pelajar SMP berinisial D (14) di Tasikmalaya, menusuk temannya sendiri menggunakan pisau lipat. Akibat penusukan itu, korban harus dirawat di rumah sakit. Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya AKP Dian Pornomo, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Dian menyebut, pelaku melampiaskan kejengkelannya itu dengan menyerang korban yang masih sebaya dengannya.
Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto SIP mengatakan bersama Unit PPA Satreskrim Polres sekarang melakukan pola penanganan humanisme. Artinya yang dikedepankan adalah jalan diversi. Sehingga korban dan pelaku bisa sama-sama melanjutkan sekolah, tentu dengan pendampingan psikolog, tokoh agama, dan guru.