Sukses

Terus-menerus Terhantam Gelombang, Gugusan Kepulauan Balabalakang di Mamuju Terancam Hilang

Gelombang tinggi mencapai 2,1 meter terus menghantam gugusan Kepulauan Balabalakang di Mamuju, Sulawesi Barat.

Liputan6.com, Mamuju - Gugusan Kepulauan Balabalakang di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat menjadi pusat perhatian dalam beberapa hari terakhir. Gugusan pulau terluar Sulawesi Barat yang berjarak 90 mil dari pusat Kabupaten Mamuju itu terancam hilang akibat cuaca ekstrem yang melanda.

Kepala Desa Balabalakang Timur, Muhammad Idris mengatakan, sejak tiga hari terakhir gugusan yang memiliki 17 pulau dengan luas 1,47 kilometer persegi dan dihuni 2.705 jiwa itu terus dihantam gelombang tinggi air laut disertai angin kencang mencapai 2,1 meter.

Gelombang tinggi itu mengakibatkan sejumlah pulau tenggelam dengan kedalaman bervariasi mulai 20 sentimeter hingga 1 meter lebih. Hantaman gelombang tinggi itu juga merusak puluhan rumah warga, utamanya yang berada di pinggir pantai.

"Sebanyak 209 kepala keluarga di Desa Balabalakang Timur terdampak gelombang tinggi ini. Salah satu pulau terdampak terparah itu Pulau Ambo, ketinggian air laut sudah mencapai pusar orang dewasa," kata Idris kepada Liputan6.com, Selasa (07/12/2021).

Idris menjelaskan, Pulau Ambo memiliki luas 10,6 hektare dihuni 129 kepala keluarga terus mengalami abrasi dan terancam akan hilang jika tidak ditangani. Ia berharap perhatian serius oleh pemerintah, baik kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat.

"Tolong bantu kami, perhatikan kami, kasihan kami di sana (Balabalakang). Tiap tahun daratan kami terus menghilang," ujar Idris.

Sedangkan, Camat Balabalakang, Sunarjo mengatakan, dari 17 pulau di gugusan Kepulauan Balabalakang, sepuluh pulau di antaranya berpenghuni. Sebanyak 508 kepala keluarga dari dua desa di Kecamatan Balabalakang terdampak parah dari gelombang tinggi yang terus menghantam.

"Hampir setiap tahun pulau kami terkikis, kita berharap ada semacam bantuan pengadaan tanggul pemecah ombak atau batu gajah, paling tidak itu memperlambat pengikisan pulau-pulau kami," kata Sunarjo.

Menurut Sunarjo, jika tidak tangani dengan serius oleh pemerintah, cepat atau lambat gugusan Kepulauan Balabalakang yang kaya akan biota laut dan mineral ini akan hilang dari peta dan menjadi cerita serta kenangan di kemudian hari.

Sunarjo juga mengungkapkan permohonan tanggul pemecah ombak dan batu gajah sudah sejak lama digaungkan oleh warga. Namun, hingga saat ini permohonan itu belum juga dapat terealisasi.

"Kita berharap ada perhatian serius sehingga masyarakat kita ini bisa tetap bersemangat untuk melanjutkan hidupnya di Kepulauan Balabakang," tutup Sunarjo.

Simak juga video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Warga Butuh Bantuan Logistik

Dampak dari gelombang tinggi ini sebanyak 508 kepala keluarga di gugusan Kepulauan Balabalakang membutuhkan bantuan logistik. Mereka terisolasi dan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka karena tak dapat keluar dari gugusan pulau itu akibat cuaca yang tak menentu.

"Warga di sana membutuhkan sembako. Kita sudah berbicara dengan Pemkab Mamuju dan Pemprov Sulbar terkait masalah ini," ujar Sunarjo.

Sunarjo menambahkan, setelah bertemu Pemkab Mamuju mereka mendapatkan bantuan sebanyak 75 karung beras dan sejumlah paket sembako. Mereka juga akan mendapatkan ratusan paket sembako dari Pemprov Sulawesi Barat.

"Kita menunggu kalau ada bantuan dari Pemprov Sulbar, tadi sudah dijanjikan. Rencananya akan disalurkan sekaligus," tutur Sunarjo.

Setelah mendapatkan bantuan sembako, persoalan lainnya yang mereka hadapi adalah moda transportasi yang akan mereka gunakan untuk menyalukan bantuan. Dengan cuaca ekstrem mereka tidak bisa menggunakan kapal nelayan seperti biasanya menuju Kepulauan Balalakang.

"Karena gelombang tinggi rencana kita akan menyewa kapal yang agak besar untuk membawa logistik, sedangkan saat ini belum ada kapal yang mau. Kita sudah koordinasi dengan Lanal Mamuju dan Basarnas Sulbar," ujar Sunarjo.