Sukses

Menjejak Kejayaan Batu Akik 'Nogo Sui' Melalui Pameran Lukisan di Purbalingga

Ada 18 karya yang dipamerkan pada pameran di Purbalingga ini. Semua merupakan karya Chune. Lukisan menampilkan kombinasi warna merah dan hijau yang terinspirasi dari warna batu akik Nogo Sui

Liputan6.com, Purbalingga - Pamor batu akik Nogo Sui dari Purbalingga kini benar-benar meredup. Namun nama besar batu yang pada masa lalu pernah berjaya ini kembali diangkat dalam format pameran lukisan di Kie Art Project Gallery, Purbalingga.

Batu jenis jesper yang juga populer dengan nama Le Sang du Crist (darah kristus) ini pernah sangat populer, terutama di daerah asalnya di Purbalingga. Pada masa itu, harga batu yang kerap dijadikan perhiasan cincin batu akik melonjak tajam melampauai harga logam mulia.

Lonjakkan harga batu Nogo Sui turut mendongkrak perekonomian masyarakat yang ramai-ramai menjual Nogo Sui, baik dalam bentuk bongkahan maupun bentuk jadi. Namun tren batu akik kemudian meredup. Kebesaran nama Nogo Sui perlahan pudar.

Kie Art Project kemudian berkolaborasi dengan perupa nyentrik asal Purbalingga, Chune Ebeg Mayong, menggelar pameran lukisan tunggal bertajuk 'Nogo Sui' dari tanggal 2 hingga 7 Desember.

"Waktu itu ekonomi kecil menggeliat berkat Nogo Sui. Melalui pameran ini, semoga pamor Nogo Sui bisa kembali moncer, syukur-syukur bisa kembali menghidupkan perekonomian masyarakat," ujar Chune ketika ditemui di galeri Kie Art Project saat pembukaan pameran, Kamis malam (2/12/2021).

Dari Nogo Sui ini, Chune punya pengalaman unik. Ketika batu akik Nogo Sui tengah tenar, ia termasuk yang memetik keuntungan dari menjual batu akik. Dari usahanya ini, ia bisa membeli mobil bahkan rumah.

"Nogo Sui itu punya kisah yang unik buat saya. Saya sampai punya rumah, unya mobil ya dari jualan Nogo Sui," tuturnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Pentingnya Kelestarian Alam

Chune juga menyoroti isu lingkungan di balik trens batu akik Nogo Sui di masa lalu. Ketika itu, perburuan batu Nogo Sui semakin marak di hulu Sungai Klawing.

Chune melihat eksploitasi alam yang tak terkendali. Pada momen pameran ini, ia mengingatkan pengunjung pameran untuk barsama menjaga kelestarian sungai.

"Sungai sudah memberikan kita berkah yang tak ternilai, tapi apa kita sudah cukup berterima kasih kepada sungai," ujar dia.

Ada 18 karya yang dipamerkan pada pameran ini. Semua merupakan karya Chune. Lukisan menampilkan kombinasi warna merah dan hijau yang terinspirasi dari warna batu Nogo Sui.

"Chune merupakan seniman yang memiliki karakter dan prinsip yang sangat kuat, ini terlihat dari goresan karyanya yang selalu meninggalkan keidentikan seorang Chune," ujar Slamet Santosa, founder of Kie Art Project.

Slamet Santosa menilai dalam berkarya Chune selalu apa adanya dengan imajinasi bebas. Ini tak lepas dari keseharian Chune yang apa adanya dalam berinteraksi dengan sesama.

"Ketika indah akan terkata indah , jika buruk akan terkata buruk. Chune menjadi inspirasi bagi pemuda seni di desa kartun yang kami kelola," ujar dia.