Sukses

Garut Canangkan 'Satu Hari Satu Telur' untuk Cegah Stunting

Pola dan budaya konsumsi telur ayam di kalangan masyarakat Garut masih rendah, bahkan masih berkembang stigma negatif jika banyak mengkonsumsi telur ayam, bisa menimbulkan penyakit.

Liputan6.com, Garut Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencanangkan gerakan konsumsi satu hari satu telur ayam di seluruh wilayah kecamatan kabupaten Garut untuk menurunkan angka stunting.

Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Suherman, program pencanangan konsumsi satu hari satu telur ayam bagi seluruh wilayah, harus mendapatkan dukungan semua pihak.

“Sebagian masyarakat, lebih suka menjual telur diganti dengan ikan asin,” ujar dia dalam membuka kegiatan "Model Penanganan Stunting dengan Integrasi Program WASH dan Kecacingan : Intervensi Literasi, Pemberian Makanan Tambahan dan Peran Pemangku Kebijakan di Kabupaten Garut."

Menurutnya, pola dan budaya konsumsi telur ayam di kalangan masyarakat Garut masih rendah, bahkan masih berkembang stigma negatif jika banyak mengonsumsi telur ayam, bisa menimbulkan penyakit. “Ada anggapan terlalu banyak makan telur bisa bisulan (bisul),” ujar dia.

Selain ide tim percepatan, kampanye konsumsi satu hari satu telur mendapat restu Wakil Bupati Garut, dokter Helmi Budiman, untuk mulai menggalakkan konsumsi sebutir telur setiap hari selama 6 bulan. “Ini salah satu langkah menurunkan stunting di Garut,” kata dia.

Kondisi itu didukung hasil penelitian Litbangkes Pemda Garut selama 10 bulan di Kelurahan Sukanegla, Garut Kota serta Desa Wanaraja Kecamatan Wanaraja, hingga menghasilkan rekomendasi ‘Policy Brief’ untuk menurunkan stunting.

“Salah satu rekomendasi yang disodorkan adalah mengkonsumsi  sebutir telur setiap hari,” ujar dia menegaskan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Ubah Perilaku

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Tri Cahyo Nugroho, menambahkan selain asupan gizi yang kurang, masih kuatnya perilaku negatif warga mulai pola hidup sehat, pola makan dan pola asuh, menjadi pemicu lain tingginya stunting di Garut.

“Untuk mengubah perilaku masyarakat agar suka makan telur menjadi tindakan efektif dalam upaya intervensi stunting,” kata dia.

Dengan upaya itu, Tri berharap ikhtiar bersama dalam penurunan angka stunting di Garut mampu direalisasikan dengan optimal di seluruh wilayah kabupaten Garut.

“Kegiatan bukan lagi urusan penguatan kapasitas, tapi sudah memasuki fase implementasi,” kata dia mengingatkan.

Sekretaris Dinas Pengendalian  Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Bubu Burhanudin Apip menambahkan, untuk mendukung percepatan penurunan stunting, pihaknya mulai melakukan penerimaan anggota tim.

Total sebanyak 5.973 Tim Pendamping Keluarga siap disebar di 442 desa dan Kelurahan wilayah Garut.

“Mereka akan bergabung dalam Tim Pendamping Percepatan Penurunan Stunting sebanyak 1.991 tim,” kata dia.

Untuk mendukung survei di lapangan, Pemda Garut telah menganggarkan hingga Rp7 miliar, yang diperuntukan penyediaan paket dan pulsa dalam memudahkan komunikasi. "Insya Allah pada pertengahaan bulan Januari 2022 sudah bisa berjalan," kata dia.