Sukses

Menyongsong Era Transformasi Digital Melalui Inovasi Demi Mendorong Bangkitnya Industri Telekomunikasi

Perusahaan yang berkantor pusat di Kota Bandung ini sejatinya memiliki portofolio di bidang manufaktur dan perakitan, layanan terkelola, layanan digital, dan sistem integrator.

Liputan6.com, Bandung - Pandemi Covid-19 yang terjadi secara global telah memicu perubahan dan transformasi digital untuk perusahaan manufaktur di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia terutama dari aspek bisnis. Dibatasinya kegiatan tatap muka di hampir seluruh bidang, memaksa masyarakat beralih ke dunia digital.

Hikmahnya, pandemi telah mempercepat pengadopsian teknologi digital di masyarakat. Hal itu pula telah disadari PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau disingkat INTI.

Perusahaan yang berkantor pusat di Kota Bandung ini sejatinya memiliki portofolio di bidang manufaktur dan perakitan, layanan terkelola, layanan digital, dan sistem integrator. Fokus pada proses produksi atau konversi bahan baku, bahan setengah jadi, komponen, atau bagian lain menjadi barang jadi dengan nilai tambah yang memenuhi standar spesifikasi.

Perusahaan pelat merah ini juga menjalankan lini bisnis dengan membuat kabel serat optik, perangkat pintar energi terbarukan, dan tabung gas minyak cair (LPG) komposit. Selain itu, perusahaan juga merakit perangkat cerdas untuk lini produk broadband dan sistem energi terbarukan, kartu cerdas, dan produk asli.

Untuk mendukung bisnisnya, PT INTI juga  mengoperasikan fasilitas produksi yakni membangun INTI Smart Industrial Park. Kawasan industri seluas delapan hektar di Jalan Moch Toha No 225 yang memproduksi perangkat telekomunikasi dan elektronik ini difokuskan memproduksi kabel dan aksesori serat optik, peralatan telekomunikasi, perangkat energi pintar, plastik dan logam, dan tabung LPG komposit.

Pasar utama PT INTI yang semula berasal sepenuhnya dari industri telekomunikasi, perlahan berubah. Dengan pembeli utama pada awalnya adalah perusahaan Telkom, dalam beberapa tahun kebelakang ini pasar yang dimasuki PT INTI semakin luas.

Sejumlah departemen pemerintahan turut menjadi pembeli untuk PT INTI begitu juga perusahaan lain yang bergerak di berbagai bidang yang memiliki hubungan dengan teknologi atau membutuhkan produsen alat elektronik.

Contohnya saja, Departemen Pertahanan membutuhkan penciptaan radar untuk tank Panzer Indonesia. Kemudian, Departemen Kelautan membutuhkan konverter kit untuk meningkatkan kesejahteraan dan efektivitas penangkapan ikan oleh nelayan.

Adanya kontrak-kontrak untuk penciptaan suatu produk dari perusahaan lain itu tak lepas dari teknologi yang juga menjadi salah satu penopang berdirinya bisnis dan industri yang ada di PT INTI.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 5 halaman

Lini Bisnis Andalan 2022

3 dari 5 halaman

Perubahan Orientasi Bisnis

Sejak berkembangnya tren konvergensi antara teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi atau IT, PT INTI telah melakukan perubahan orientasi bisnis dari yang semula berbasis manufaktur tulen, menjadi sebuah industri yang berbasis solusi kesisteman, khususnya dalam bidang sistem infokom dan integrasi teknologi.

Hal itu bisa dicermati dari Corporate Performance-Revenue Segment PT INTI 2021-2022. Di mana untuk perolehan kontrak pada 2022 yang direncanakan sebesar Rp770,5 miliar dibanding dengan prognosa 2021 sebesar Rp329,8 miliar.

Sementara, perolehan penjualan pada 2022 direncanakan sebesar Rp701,3 miliar dibanding dibanding dengan prognosa 2021 sebesar Rp467,6 miliar. Artinya, dari sisi penjualan diharapkan ada kenaikan sebesar 48,89%.

Dalam kaitannya transformasi bisnis di era digital, pada 2022 nanti portofolio sistem integrator dan layanan terkelola, direncanakan memperoleh pendapatan terbesar.

Untuk produk dan proyek dari PT INTI mulai dari OSP-Telco, IT System-Government, Converter Kit-Enterprise, SLC-Government, dan SACME-Enterprise menjadi target kontrak terbesar pada portofolio sistem integrator.

Sedangkan, produk dan proyek KTP Reader-Enterprise. KHS Material OSP-Telco menjadi target kontrak terbesar pada portofolio manufaktur dan perakitan.

Salah satu resiko yang dihadapi BUMN dalam jangka pendek adalah risiko likuiditas terkait dengan operating cash flow gap yang timbul akibat tren penurunan tajam pendapatan usaha perusahaan saat ini. Untuk mengatasi resiko ini, hal mendasar yang perlu ditempuh BUMN adalah dengan melakukan evaluasi menyeluruh atas struktur pendapatan dan biaya.

Selanjutnya, perusahaan harus menerapkan efisiensi biaya dan cost leadership secara ketat dan tetap memperhatikan standar pelayanan minimal kepada publik. Kebijakan efisiensi dan cost leadership harus dilakukan tidak hanya pada sisi belanja operasional (opex) namun juga pada sisi belanja modal (capex).

Upaya lain yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan restrukturisasi pada portofolio bisnis dan instrumen utang baik utang usaha ke vendor, utang bank, utang obligasi maupun utang dalam bentuk lainnya.

Made with Flourish
4 dari 5 halaman

Pandemi Ciptakan Lingkungan Bisnis Baru

Menyoal efeknya di sektor keuangan, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT INTI Tri Hartono Rianto mengatakan, pandemi Covid-19 secara simultan membentuk sebuah lingkungan bisnis baru yang membutuhkan strategi keuangan yang sangat adaptif dan gesit.

Menurut Tri, bahwa strategi keuangan yang adaptif dan gesit diperlukan oleh perusahaan untuk menghadapi berbagai disrupsi bisnis, seperti kesehatan karyawan, perjalanan dinas dan jam operasi, pola kerja dari rumah, dan masalah kelangsungan bisnis.

"Selain itu, strategi ini pun nantinya akan berperan untuk menyokong upaya perusahaan dalam menghadapi disrupsi keuangan seperti menurunnya pendapatan serta kesulitan membayar utang, sumber daya, dan permodalan," kata Tri dalam paparannya di ajang Webinar bertajuk Adaptive Financial Strategies Towards Pandemic Recovery: A Pathway to Future Agility pada 25 September 2021 lalu.

Lebih jauh Tri mengatakan tentang lingkungan bisnis baru dan menuju selanjutnya, hal-hal yang perlu kita lalui di tengah ketidakpastian yang mendalam, empat kunci utama kinerja tinggi, strategi keuangan gesit menuju kelincahan masa depan, serta strategi keuangan PT INTI dalam menjalani bisnis di tengah pandemi.

"Pada akhirnya, keberlangsungan bisnis sebuah bisnis di tengah pasar yang sangat kompetitif dan penuh dengan ketidakpastian, akan ditentukan oleh konsep bisnis dan strategi keuangan yang gesit. Selain itu, perusahaan pun perlu menggenjot optimalisasi dari segala lini dan inovasi untuk mendukung penerapan digitalisasi, yang mau tidak mau, menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan kelincahan dalam persaingan yang ketat," ujarnya.

Perlu diketahui, PT INTI mengalami peningkatan jumlah proyek secara signifikan pada masa pandemi Covid-19. Setidaknya tercatat per Mei 2020, terdapat sebanyak 80 persen yang diklasifikasikan sebagai proyek positif, atau meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tahun lalu, hanya sekitar 20 persen yang berstatus positif. Namun, pada masa pandemi ini justru meningkat tajam. Targetnya, tahun ini 100 persen proyek INTI full positive,” kata Direktur Utama INTI Otong Iip dikutip dalam siaran pers pada 29 Mei 2020.

Sejak kuartal pertengahan I-2020, INTI memiliki acara-acara perayaan nasional yang sempat mengalami kejadian akibat pandemi Covid-19. Namun, di sisi lain, INTI justru mendapatkan berbagai program baru di bidang telekomunikasi yang mengubah jumlah proyek positif Perusahaan.

Dari hasil kajian INTI, peningkatan jumlah proyek itu terjadi karena Perusahaan terus menggenjot bisnis di bidang manufaktur dan perakitan serta layanan terkelola agar tidak berdampak pada kinerja, di saat perusahaan lain memutuskan untuk menahan aksi korporasi di tengah pandemi Covid-19.

“Pandemi ini justru membuat INTI kebanjiran orderan,” cetus Otong Iip.

5 dari 5 halaman

Punya Peluang Sehat

Di sisi lain, INTI yang dinobatkan sebagai Badan Publik “Informatif” dalam Anugerah Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2021, mendapat catatan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada saat pelaksanaan kunjungan Jumat (3/12/2021) lalu. Seperti yang diungkapkan Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima.

Dia mengatakan, infrastruktur teknologi di era Presiden Joko Widodo menjadi pondasi dan narasi industri 4.0. Setelah infrastruktur, yang menjadi perhatian selanjutnya adalah teknologi.

Aria menilai PT INTI memiliki peluang yang sangat besar untuk kembali berstatus ‘sehat’ dan bangkit menjadi pemain utama di industri teknologi.

“Kalau bicara teknologi, kita bicara PT INTI. Eranya memang era PT INTI, era revolusi teknologi, jadi kita tidak mungkin tidak memiliki BUMN yang leading di sektor itu,” katanya.

Untuk diketahui, PT INTI telah mengantongi dukungan restrukturisasi perusahaan untuk penyehatan perusahaan satu-satunya BUMN yang fokus pada industri manufaktur telekomunikasi. Komisi VI DPR juga mendukung langkah Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA) dalam rangka merestrukturisasi PT INTI melalui divestasi aset.

Untuk itu, DPR mendorong agar strategi bisnis PT INTI ke depan lebih difokuskan pada tiga sektor industri yaitu telekomunikasi, manufaktur elektronik, dan industri pertahanan. Selain itu, DPR mendukung PT INTI untuk membangun kerjasama dengan Telkom, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Kementerian Pertahanan dan Keamanan serta Polri dalam rangka upaya kelancaran dan keberhasilan program restrukturisasi.

“Selaku perusahaan yang mendapatkan mandat dari Kementerian BUMN untuk membantu dalam menstabilkan sustainable business model perusahaan, kalau PT INTI jadi sehat dan baik, ini akan jadi warisan kinerja kami,” ujar Aria Bima.

Diketahui, Panja Penyehatan dan Restrukturisasi BUMN memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi performa BUMN dilihat dari aspek lini bisnis, proses produksi, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), kinerja, hingga kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), untuk menjadi daya ungkit penyehatan perusahaan. Adapun PT INTI dinilai memiliki upaya transformasi yang secara konsisten terus dijalankan dalam beberapa tahun terakhir bersama PT PPA (Persero).

Hal senada diungkapkan Anggota Komisi VI DPR Mufti Aimah Nurul Anam. Mufti mengatakan dengan produksi dalam negeri, negara dapat mengurangi realisasi impor, dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan realisasi ekspor perangkat telekomunikasi.

“Kami secara spesifik, bertugas untuk memastikan PT INTI bangkit kembali. Memang terdapat beberapa persoalan yang harus diselesaikan, tujuannya agar PT INTI bisa menjadi industri teknologi yang dapat kita andalkan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT INTI Otong Iip berharap agar optimisme dari Panja Penyehatan dan Restrukturisasi BUMN Komisi VI DPR itu akan menjadi representasi keberpihakan dan keyakinan perusahaan yang berkiprah sejak 1966 sebagai salah pusat penelitian telekomunikasi nasional ini dapat bangkit sekaligus menjadi pemain utama dalam era teknologi di industri 4.0.

“Semoga dukungan Komisi VI DPR RI akan menjadi salah satu jalan bagi PT INTI untuk bangkit kembali,” ucapnya.