Sukses

Tangkal Hoaks dengan Berkarya

Berkarya, berkarya, berkaryalah...

Liputan6.com, Jakarta - Pengguna media sosial kini semakin ramai, tak hanya kalangan generasi muda dan milenial, anak-anak bahkan lansia pun turut meramaikan jagat maya ini. Saling bertukar kabar dengan unggahan foto, berbagi pemikiran, atau membagikan berbagai informasi melalui unggahan di masing-masing akun. Sayangnya, tak semua informasi yang dibagikan dan beredar di media sosial seluruhnya benar adanya.

Sebagai konten kreator dan pengguna internet aktif, kita tahu bagaimana pesatnya perkembangan pengguna internet. Bahkan sejak Indonesia dinyatakan pandemi, proses belajar mengajar harus secara daring. Kondisi ini bukan tidak mungkin menjadi celah nyaman bagi produsen berita hoaks untuk menyebarkan berbagai informasi bodong dan kenyataan yang dipelintir sehingga menggiring opini sesat sejumlah orang yang mempercayainya.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Pengertian Hoaks

Menurut dewan Pers, hoaks adalah dampak berubahnya fungsi media sosial, di mana dulunya adalah media pertemanan, sekarang menjelma menjadi sarana berbagi atau menyampaikan pendapat dalam berbagai aspek kemudian saling berkomentar dan adu argumentasi.

Sementara menurut Werme, hoaks adalah berita palsu bermuatan informasi yang sengaja menyesatkan orang serta memiliki agenda politik tertentu. Sehingga dapat diartikan bahwa hoaks adalah fake news atau berita bohong yang tidak memiliki dasar nyata, tetapi dibuat menjadi seolah-olah benar.

Dari pengertian di atas, bisa kita simpulkan bahwa keberadaan berita hoaks sangat berdampak buruk bagi kelangsungan ekosistem sosial. Kerenggangan hubungan kekeluargaan, pertemanan, bahkan memicu sikap fanatisme kubu politik yang berseberangan.

3 dari 3 halaman

Ciri-Ciri Berita Hoaks

Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) Republik Indonesia melalui staf ahli, Hendri Subiakto membagikan beberapa indikator dan cara mengidentifikasi kabar hoaks berikut di antaranya:

Mengandung pesan kebencian, kekhawatiran, dan permusuhan

Pesan atau berita hoaks selalu mengandung tujuan kebencian, menimbulkan kekhawatiran berlebih, hingga dapat memicu konflik dan permusuhan. Berita hoaks umumnya memiliki pesan yang tidak utuh atau setengah-setengah. Dapat juga berupa gambar dengan narasi yang tidak sesuai faktanya.

Didistribusikan melalui media sosial secara serentak

Distribusi hoaks biasanya disebarkan melalui berbagai jejaring sosial secara serentak dan berantai. Juga dapat tersebar melalui aplikasi obrolan yang memiliki fasilitas grup obrolan yang umumnya lebih mudah menyebarkan.

Memiliki ajakan agar pembaca turut menyebarkan

Berita hoaks umumnya mengajak pembaca untuk turut menyebarkan pada akhir pesan berita tersebut dengan klaim tertentu, misalnya, barangsiapa yang menyebarkan berita ini akan mendapat kebahagiaan atau dimurahkan rezekinya atau dihindarkan dari virus, dan sebagainya.

Judul sangat provokatif

Berita hoaks memiliki ciri khusus yaitu judul yang provokatif dan cenderung click bait, artinya, judul tidak selaras dengan isinya.

Alamat situs pembuat tidak terverikasi

Sumber atau situs pembuat berita hoaks biasanya tidak terverifikasi. Kita bisa menggunakan aplikasi Hoax Analyzer untuk mengecek kualitas situs tersebut.

 

Setelah memahami dan mengenali ciri-ciri berita hoaks di atas, kita sebagai bagian dari generasi melek digital harus bisa menyikapi berbagai hantaman berita hoax ini dengan cara tidak ikut menyebarkannya. Carilah berita pembanding atau klarifikasi dari pemerintah atau instansi terkait jika berkaitan, lebih bagus jika turut membagikan berita klarifikasi atau pembenarannya agar masyarakat tidak terkecoh.

Berkaryalah dalam bidang yang kita mumpuni, seperti membuat tutorial modifikasi motor bagi pegiat otomotif misalnya, atau membuat film pendek dengan cerita ringan dan menghibur bagi yang hobi sinematografi, atau mungkin menciptakan sesuatu yang baru yang dapat bermanfaat untuk banyak orang.

Ngurah Manik, Denpasar. Blogger di www.3835.info