Liputan6.com, Jakarta - Istilah 'Delmicron' bukan penamaan ilmiah yang lahir dari studi atas kasus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 yang melanda dunia. Hal tersebut diutarakan Pakar ilmu kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama.
Dirinya mengatakan, istilah Delmicron yang merupakan penggabungan varian Delta dan Omicron itu pertama kali dilontarkan Dr Shashank Joshi, salah seorang anggota SatGas/taskforce dari negara bagian Maharashtra di India. Ibu kota Maharashtra adalah Mumbai atau Bombay, kota perdagangan dan juga pusat industri film Bollywood.
Ia mengatakan otoritas berwenang di India termasuk yang ternama seperti Indian Council of Medical Research (ICMR) tidak pernah memberikan informasi tentang ada tidaknya Delmicron, juga tidak ada pernyataan dari organisasi resmi apa pun di India.
Advertisement
"Juga tidak ada penjelasan dari pakar lain yang menyebutkan tentang Delmicron," katanya, Minggu (27/12/2021).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Abjad Yunani
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara yang tinggal di India selama kurun 2015 sampai 2020 itu mengatakan istilah Delmicron sejauh ini hanya pendapat seorang dokter yang kebetulan di wawancara salah satu media. Delmicron bukan dalam bentuk tulisan ilmiah.
"Sejauh ini disebutkan bahwa ini bukanlah varian baru, tetapi pasien yang terserang varian Delta dan varian Omicron, sehingga diduga cepat menular dan keluhannya tidak ringan, tetapi sekali lagi belum ada bukti ilmiah yang jelas tentang hal ini," ujarnya.
Menurut Tjandra penamaan varian Covid-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah berdasar abjad Yunani.
"Jadi sepatutnya tidak akan ada istilah Delmicron dalam klasifikasi Variant of Concern (VoC atau Variant of Interest (VoI) WHO," katanya.
Advertisement