Liputan6.com, Kendari - Presiden Jokowi mengunjungi Provinsi Sulawesi Tenggara, Senin (27/12/2021). Kedatangannya dalam rangka meninjau pembangunan dan peresmian smelter nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI).
Perusahaan ini, berlokasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Perusahaan ini, bergerak dalam bidang smelter yang memproduksi Ferronickel dan baja.
Gunbuster Nickel Industry, berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan lain di wilayah Sulawesi Tenggara. Diketahui, salah satu sumber bahan mentah nikel produksi PT GNI, berasal dari wilayah Konawe Utara, Sulawesi Utara.
Advertisement
Pembangunan smelter nikel PT GNI diketahui mulai dilakukan sejak 2020. Proses pendirian perusahaan ini, memakan waktu cukup cepat yakni hanya sekitar 1,5 tahun hingga dioperasikan.
Baca Juga
Direktur Utama PT Gunbuster Nickel Industry, Wisma Bharuna menyampaikan, GNI berkomitmen mendorong percepatan hilirisasi industri untuk memberikan nilai tambah pada bahan baku di Indonesia.
"Salah satu smelter kami yang telah siap memulai produksi, dan akan yang berlokasi di kawasan industri terpadu seluas 1.907 Hektar, dilengkapi fasilitas pelabuhan, yang saat ini sedang kami kembangkan di Kabupaten Morowali Utara," terang Bharuna dalam sambutannya, Senin (27/12/2021).
Menurutnya, total nilai investasi PT GNI sekitar Rp42,9 triliun. PT GNI secara keseluruhan akan mengoperasikan 24-line smelter, yang mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace. Smelter GNI akan mengolah raw material yaitu bijih nikel menjadi feronikel dengan kadar 10-12%, dengan kapasitas produksi sebesar 1.800.000 ton feronikel per tahun, yang membutuhkan suplai atau konsumsi bijih nikel sebesar 21.600.000 WMT per tahun.
Jumlah produksi PT GNI, masih lebih banyak dibanding PT VDNIP dan PT VDNI di Sulawesi Tenggara. Kedua perusahaan mampu memproduksi sekitar 1 juta ton hingga 1,2 juta ton ferronickel pertahun.  Â
Dari keberadaan Kawasan Industri di Morowali Utara, sejak tahap pembangunan konstruksi hingga saat ini PT GNI telah menyerap sekitar 5.200 tenaga kerja lokal. penyerapan tenaga kerja akan terus bertambah, demi tercapainya adaptasi model bisnis, teknologi, dan transfer of knowledge tersebut di Indonesia.
"Insya Allah jika proyek kami berjalan keseluruhan akan menyerap sekitar 60.000 tenaga kerja lokal, dengan lebih dari 90 persen kebutuhan tenaga kerja Indonesia, yang tentunya akan menempati posisi pekerjaan seluruh lapisan hingga tenaga manajerial di smelter," lanjut Bharuna.
Sebelum meresmikan PT GNI, Jokowi diketahui sempat berkeliling di beberapa lokasi di PT Obsidian Stainless Steel dan PT VDNI di Konawe. Dia ditemani Menteri Airlangga Hartarto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi dan pejabat Pemda lainnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Jokowi Resmikan Smelter
Dalam peresmian PT GNI, Jokowi ditemani sejumlah pejabat negara lainnya. Turut serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan sejumlah pejabat lainnya. Gubernur Sultra Ali Mazi dan Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, juga ikut ke lokasi.
Jokowi menyatakan, sudah menegaskan berkali-kali soal hilirisasi produksi nikel dan bahan tambang. Dia mengatakan, sudah menyampaikan stop ekspor barang tambang mentah ke luar negeri sejak beberapa tahun lalu. Praktik ini sebelumnya dilakukan dalam waktu yang lama dan cukup menimbulkan kerugian bagi negara.Â
"Sehingga, dengan adanya stop ekspor barang tambang mentah, pengusaha luar mau tidak mau mereka akan membangun pabrik pemurnian dan pengolahan di Indonesia," ujarnya.
Dia melanjutkan, hari ini masyarakat bisa melihat adanya hasil produksi 1,8 juta ton pertahun dari PT GNI. Dia juga mengajak berpikir, jika pemerintah tetap mengekspor bahan mentah nikel ke luar, maka negara akan terus dirugikan.Â
"Saya mengapresiasi PT GNI yang sudah mau membangun, sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat lokal dan negara," kata Jokowi.
Dia memaparkan, akhir tahun ini diprediksi penghasilan negara 20,8 milar dolar dari ekspor bahan baku. Saat masih mengekspor bahan mentah, biasanya hanya mencapai 1,2 miliar dolar.
"Saya juga berharap Pemda, agar bisa menjaga menjaga iklim investasi agar tetap kondusif. Sehingga, nilai tambah jelas, lalu negara mendapatkan devisa dan masyarakat mendapatkan lapangan kerja," ujar Jokowi.
Advertisement