Liputan6.com, Berau - Namanya Purnomo. Rasa bahagia tidak bisa ia tutupi. Ia adalah Ketua Kelompok Tani Padat Karya. Kelompok taninya diisi oleh anggota yang 40% usia produktif dan membuat Kampung Tasuk menjadi sentra penghasil padi di Kabupaten Berau.
Ini tentu hal yang istimewa mengingat ketergantugan ekonomi dari sektor pertambangan. Data PDRB Kabupaten Berau tahun 2018, kontribusi sektor pertambangan sebesar 61%, sektor perkebunan dan pertanian 11% dan 28% sektor lain.
Kampung Tasuk berada di Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Wilayah ini termasuk dalam wilayah terdampak pertambangan batubara dengan kategori frekuensi tinggi di wilayah operasional PT Berau Coal Site Sembarata.
Advertisement
Baca Juga
Purnomo pertama kali menginjakkan kaki di Bumi Batiwakkal –sebutan Kabupaten Berau- dan menetap di Kampung Tasuk sekitar 20 tahun lalu. Selama bertani, Purnomo telah berkali-kali diamanahi menjadi ketua kelompok tani dan bertanggung jawab atas persoalan yang dialami para anggota tani.
“Petani di Kampung Tasuk ini tua-tua semua. Yang muda-muda kerja diperusahaan. Penjualan dari sawah kami ini lakunya cuman setengah. Jualnya susah,” ujar Purnomo saat mencerikan kisahnya.
Produktivitas pertanian padi rata-rata awalnya hanya menghasilkan 5 ton/ha. Penjualan belum optimal, belum bagus dan kalah bersaing. Kuantitias pemasran produk pertanian yang rendah karena hanya 1 ton/tahun.
“Kami hanya bisa menjual 1 atau bahkan setengah kuintal. Sampai padi kami busuk-busuk karena kelamaan ditinggal,” tambahnya.
Apalagi pencemaran lingkungan juga terjadi karena penggunaan pupuk kimia yang tinggi mencapai 700kg/hektar. Perilaku pembakaran jerami dan sekam output produksi juga menambah polusi.
Persawahan di Kampung Tasuk baru 60 hektar. Padahal untuk pertanian padi, Kabupaten Berau memiliki ketersedian lahan basah. Ketersisediaan 150 hektar lahan terbuka yang belum termanfaatkan yang berpotensi sebagai lahan pertanian dengan sumber air yang bagus dan menyumbang 20% ketersediaan lahan basah Kabupaten Berau.
Di Kampung Tasuk terdapat 78 KK keluarga tidak mampu dan 30 KK Kelompok Adat Terpencil, 150 KK bekerja serabutan, sektor pertanian hanya digeluti oleh kaum tua.
Hingga kemudia PT Berau Coal masuk memulai sebuah program yang diberi nama Program Tasuk Mapan dan kini telah memberikan manfaat bagi masyarakat. Tentu saja melalui program CSR kegiatan penambangan batubara PT Berau Coal Site Sembrata Mine Operation di Kabupaten Berau Kalimantan Timur.
Simak juga video pilihan berikut
Program Tasuk Mapan
Pertanian di Kampung Tasuk berubah drastis saat kelompok tani menjalin kerja sama dengan pihak PT Berau Coal. Adanya kerja sama melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), ini bagi Purnomo dan anggota kelompok tani sangat membantu.
Selama ini, sebenarnya mereka sudah cukup terbantu dengan adanya bantuan dari pemerintah, melalui Dinas Peternakan dan Pertanian Berau. Namun, setelah adanya ‘campur tangan’ program Tasuk Mapan yang memberikan pendampingan, membuat Purnomo dan petani-petani lainnya menjadi sangat terbantu.
Program Tasuk Mapan merupakan kolaborasi pemberdayaan antara PT Berau Coal, Pemerintah Kabupaten Berau dan masyarakat dalam upaya penyiapan masyarakat sosial Kabupaten Berau paska penambangan terutama daerah yang terdampak dengan level frekuensi tinggi dari kegiatan pertambangan seperti Kampung tasuk.
Seluruh permasalahan dan potensi yang dimiliki mendorong PT Berau Coal untuk berkontribusi memutus permasalahan yang dihadapi para petani agar petani mampu mendapatkan manfaat ekonomi dari aktivitas pertanian yang mereka jalani
Beberapa kegiatan yang diadakan di antara lain sekolah lapang budidaya padi melalui praktik demonstration plot atau demplot seluas 4 hektar, penyediaan Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) untuk praktik.
Program Tasuk Mapan berisi edukasi berkelanjutan pertanian ramah lingkungan, pemberian pinjaman modal petani yang dikelola oleh kelompok tani dan pembentukan rumah kemas Berau Creative untuk pengelolaan pemasaran trading beras atau pembelian gabah atau beras petani.
Ketua Kelompok Tani Kampung Tasuk Wahyuni mengaku awalnya petani di kampungnya tidak paham tentang bibit berkualitas. Sehingga banyak hasil padi yang diproduksi tidak laku di pasaran.
“Jadi sekarang semua sudah kita perbaiki, dari pupuk, bibit, perawatan hingga pemasaran. Jadinya hasilnya lebih meningkat,” ujar Wahyuni.
Advertisement
Penambahan Persawahan Produktif
Penambahan persawahan produktif seluas 70 hektar di kampung tasuk menjadi visual Inovasi dan komitmen masyarakat kampung tasuk untuk peralihan ekonomi berkelanjutan.
Keterlibatan 40% angkatan kerja dalam total 25 kelompok tani memberikan bukti komitmen masyarakat untuk regenarasi program untuk kehidupan yang lebih baik.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau Mustakim Suharjana menyebut pihaknya sangat mendukung sekali dan berharap program ini bisa memotivasi Masyarakat khususnya di wilayah binaan Tasuk.
“Karena waktu panen pertama kemarin hasilnya sangat mengembirakan yaitu 8,1 ton/hektar. Dimana rata-rata di Kabupaten Berau itu produktivitas masih 4,5 ton/hektar. Jadi inovasi baru ini kami harapkan bisa ditularkan ke masyarakat,” ujar Mustakim.
Tasuk Mapan juga dinilai sebagai keberhasilan program Berau Coal dalam mentransformasi dan menyiapkan masyarakat Kampung Kampung Tasuk melalui program pengembangan masyarakat.
Bersama masyarakat PT Berau Coal melalui Yayasan Dharma Bhakti dan implementasi program CSR penambangan site sambarata berkomitmen untuk terus merajut keberlangsungan penghidupan masyarakat kampung Tasuk untuk kemajuan negeri.