Sukses

Perjalanan Pendiri Ritel Fesyen Farah Button di Yogyakarta yang Mirip Kisah Sinetron (Bagian 3)

Suta Mahesa dan Farah Irawan tidak lagi hidup dari pameran ke pameran semenjak toko Farah Button berdiri di Jalan Kledokan pada 2017.

Liputan6.com, Yogyakarta- Suta Mahesa dan Farah Irawan tidak lagi hidup dari pameran ke pameran semenjak toko Farah Button berdiri di Jalan Kledokan pada 2017. Popularitas Farah Button kian melonjak, diikuti dengan peningkatan penjualan produk-produk fesyen ini.

Saat ini, toko Farah Button ada di semua mal di Yogyakarta. Tidak hanya itu, Farah Button juga membuka gerai di mal Bekasi.

Suta mendesain dan membuat pola cutting sendiri. Ini yang membuat produk-produk Farah Button berbeda dengan produk grosiran. Setiap model memiliki ukurannya masing-masing, mulai dari S sampai XL.

Suta bekerja sama dengan sembilan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di bidang konveksi yang ada di Yogyakarta. Mereka mengerjakan pesanan dari Farah Button.

Setiap minggu, Suta selalu berinovasi dengan membuat satu sampai desain baru.

“Pernah ada investor yang mengajak untuk bikin pabrik sendiri, tetapi saya masih berpikir bagaimana nasib pekerja-pekerja di konveksi itu yang rata-rata jumlahnya 30 sampai 50 orang per konveksi,” ujar Sutardi, nama aslinya, dalam media gathering di Yogyakarta, Selasa (28/12/2021).

Dalam sebulan Farah Button bisa menjual lebih dari 10.000 pieces baju dengan omzet di atas Rp 600 juta per bulan. Kelebihan lain yang dimiliki Farah Button selain potongan baju yang pas di badan semua orang, harga yang dibanderol juga relatif terjangkau.

Suta membanderol harga di bawah Rp 200.000 untuk semua produk Farah Button, bahkan ada kaus atasan dengan desain minimalis dan elegan hanya dibanderol Rp 69.000.

“Jadi kami berupaya memberikan poduk yang murah tetapi tidak murahan karena desainnya eksklusif,” ucap Suta.

Nama Farah Button yang melejit membuatnya sesekali hadir di pameran-pameran mal. Namun, kali ini bukan karena permintaan penyelenggara, melainkan langsung dari manajemen mal yang memintanya untuk bergabung di pameran.

Sejumlah mal di luar Yogyakarta juga sudah menawarkan Farah Button untuk membuka gerai.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Mencari Ibu Sri atau Tri

Kondisi keuangan Suta dan istrinya bisa dibilang berubah 180 deajat. Mereka tidak lagi mengalami kesulitan ekonomi seperti saat pertama kali datang ke Yogyakarta.

Utang-utangnya di Jakarta, termasuk kepada bapak pemilik indekos juga sudah lunas terbayar. Bahkan, ia juga sudah mengembalikan Rp 15 juta yang diberikan oleh kliennya.

“Tapi walaupun sudah terbayar, utang budi itu tidak bisa hilang, kalau bertemu Ibu Tri atau Sri saya mgkn akan sujud syukur,” kata Suta yang saat ini kehilangan nomor kontak penolongnya itu.

Ia berharap dengan cerita yang dilontarkannya ini bisa mempertemukannya kembali dengan  ‘malaikat’ bagi keluarganya itu.

 

3 dari 3 halaman

Jatuh Cinta dengan Yogyakarta

Tidak pernah terlintas di dalam benak Suta sebenarnya untuk menetap di Yogyakarta. Namun, ternyata kota ini justru membuatnya jatuh cinta dengan segala kebaikan dan keramahan orang-orangnya.

Bahkan, Suta dan Farah pernah divonis dokter akan sulit memiliki anak ketika mereka masih tinggal di Jakarta.

“Tetapi justru istri saya bisa hamil saat di Yogyakarta dan setelah kami periksa lagi ke dokter, kondisi kami sehat,” ucap Suta yang saat ini memiliki dua anak.

Banyak hal yang sudah dilalui, membuat Suta memantapkan diri untuk hidup di Yogyakarta sampai akhir hayatnya.

Suta juga percaya dengan kutipan Mahatma Gandhi yang mengatakan, "Kebahagiaan adalah segala ketika apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu katakan, dan apa yang kamu lakukan berjalan dalam harmoni."

Kata-kata ini pula yang menguatkannya di tengah pandemic Covid-19 dan melahirkan optimisme. Penjualan Farah Button nyaris tidak terdampak pandemi dan para UMKM konveksi justru bergantung dari pesanan Suta.

“Saya percaya semua orang punya kesempatang, tergantung bagaimana kita mau menjalani atau hanya berpikir, hanya berpikir itu juga mustahil karena yang penting action dulu saja, biar nanti Tuhan yang menentukan berhasil atau tidak,” kata Suta.