Liputan6.com, Sikka - Beginilah potret awal tahun 2022 dan aktivitas warga yang ada di Desa Korobhera Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Desa ini terisolasi karena jembatan penghubung di desa Korobhera putus akibat diterjang banjir pada 2021.
Advertisement
Baca Juga
Sampai saat ini, jembatan penghubung belum diperbaiki, baru terlihat dua tiang jembatan yang terpasang di pinggir kiri dan kanan sungai. Jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan penghubung antara wilayah kecamatan dan kota.
Bila ingin bepergian ke ibu kota kecamatan atau berbelanja ke kota, warga terpaksa harus menyeberangi sungai yang cukup dalam dan penuh risiko. Kalau ingin menggunakan kendaraan roda dua, warga harus menyewa jasa pikul kendaraan untuk menyeberangi sungai.
Bukan hanya menggunakan jasa pikul kendaraan tetapi warga pun menggunakan jasa pikul barang, bila barang bawaannya cukup banyak dan tidak bisa menyebrangi sungai.
Albertus Manyus Moan Laka warga desa Korobhera, ditemui media Liputan6.com, Senin (3/1/2022) siang mengatakan jembatan gantung penghubung Desa Korobhera putus akibat diterjang banjir sejak 2021 lalu.
"Untuk menyeberangi sungai ini dengan menggunakan kendaraan roda dua harus menggunakan jasa pikul motor," ungkapnya.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga harus menyeberangi sungai ini karena merupakan satu-satunya jalan menuju desa, kecamatan, dan kota.
"Kalau saat banjir besar warga harus mencari cara untuk bisa menyeberangi sungai dengan berenang," ujarnya.
Warga mengharapkan dalam bulan ini pengerjaan jembatan sudah selesai, karena jalan ini merupakan satu-satunya kebutuhan akses masyarakat.
Â
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Mengais Rezeki, Menjadi Jasa Pikul Motor dan Barang
Dengan memanfaatkan jalan dan jembatan gantung yang putus tahun 2021 akibat diterjang banjir, warga desa Korobhera mengais rezeki untuk menambah penghasilan mereka.
Warga secara berkelompok yang terdiri dari empat orang, memikul setiap kendaraan roda dua dan barang bawaan untuk menyeberangi jembatan gantung yang putus. Hal ini dilakukan karena arus sungainya cukup deras dan dalam sehingga menyulitkan pengendara roda dua untuk melintas.
Meski tidak dipatok berapa harga yang harus dibayar, tetapi pengendara membayar antara Rp10.000 hingga Rp20.000 untuk sekali lewat, sehingga perhari warga bisa mendapatkan penghasilan Rp100.000 hingga Rp200.000 kemudian dibagi rata untuk menambah penghasilan mereka.
"Dalam sehari bisa mendapatkan penghasilan Rp10.000 dari jasa pikul motor, biaya pikul satu motor dipatok dengan harga Rp 20.000, tetapi itu pun tergantung pemilik motor," ungkap Franyollius Senggada Pepa, kepada media Liputan6.com, Senin (3/1/2021) siang.
Dia mengatakan kalau pemilik motor hanya memberi Rp 10.000 rupiah pasti tetap mereka terima saja, kadang ada yang hanya mengucapkan terima kasih.
"Warga yang menggunakan jasa pikul motor rata-rata warga desa Korobhera, ada juga warga pendatang," ujarnya.
Bila ramai pemasukan pun lumayan, dalam sehari pagi hingga sore hari bisa mencapai 200 ribu rupiah.
Advertisement