Sukses

Batam, Gerbang Perubahan Nasib Pengungsi Afganistan

Para pengungsi perang Afaganistan ini berharap lembaga international segera memberi tempat yang permanen bagi mereka. Batam diharapkan menjadi gerbang perubahan bagi seluruh pengungsi yang tersebar di berbagai negara.

Liputan6.com, Batam - Ratusan pengungsi Afganistan berunjukrasa dengan memblokade  pintu gerbang perumahan elit yang berada di Batam Center. Sebagian demonstran berbaring di aspal agar bisa menghalangi mobil warga yang hendak keluar masuk dan keluar perumahan  Royal Grande, Batam.

Menurut Ali Akbar (24), kordinator aksi, upaya itu dilakukan sebagai protes ke kantor perwakilan Internasional Organitation (IOM) Kota Batam.

"Beberapa kali kami berunjukrasa, tapi tak pernah direspon IOM," kata Ali kepada Liputan6.com, Kamis (6/1/2021)

Para demosntran itu meminta kepada UNHCR dan IOM agar imigran Afganistan di Indonesia secepatnya dipindah ke negara manapun, asal mau menerima.

"Jangan IOM dan UNHCR menyandera kami. Batin kami sakit, dan kami ingin hidup bebas,"kata Ali.

Menurut Ali, selama berada di Indonesia para imigran tak bisa berbuat  apa-apa. Sedangkan jika kembali ke Afganistan juga tak memungkinkan karena menurutnya Afganistan sudah hancur karena perang.

"Kami bertahan di Indonesia didanai IOM. Rp1.250.000 perbulan untuk orang dewasa dan untuk anak- hanya  Rp 500 Ribu, mana cukup?” tanya Ali.

Ia mengancam jika IOM dan UNHCR masih tetap tidak merespon dan mengabulkan permintaanya, para imigran Afganistan ini tidak akan lagi menggunakan fasilitas tempat tinggal yang IOM berikan.

"Kami akan turun ke jalan-jalan  dan memasang tenda seperti dulu lagi di halaman DPRD Batam,” katanya.

 

Simak video pilihan berikut

2 dari 2 halaman

Kantor Kosong Karena Pandemi

Sementra itu Yusri Putra, petugas Keamanan Kantor perwakilan IOM Batam membenarkan bahwa Kantor IOM ada di Perumahan Elite Royal Grande Batam Center.

"Iya kantor IOM di perumahan sini, tapi kosong tak ada orang , sekarang hanya kantornya saja dan arsip-arsip yang ada, orang-nya pada kerja online" kata Yusri Putra.

Pihaknya sudah menawarkan opsi kepada perwakilan  Imigran untuk melihat kantor IOM.

"Saya sudah tawarkan 1 atau 2 orang kepada mereka untuk meyakinkan, tidak ada staf di kantor," ujarnya.

Sementara itu Agus salah seorang warga perumahan yang tidak bisa masuk karena tertahan blokade imigran Afganistan itu mengalah dan turun dari mobil. Selanjutnya ia  jalan kaki mengantarkan anak pulang dari sekolah.

"Ada apa ini, kami terganggu dan baru mengetahui ada kantor IOM di dalam perumahan Ini," kata  Agus.