Sukses

RSA UGM Siapkan Layanan Khusus Antisipasi Wabah Omicron

Tidak pernah tahu apakah kasus Covid-19 varian Omicron akan seperti varian Delta yang memiliki penyebaran yang sangat cepat. Sehingga membuat RSA UGM membuat layanan khusus Covid19 sebagai antisipasi.

Liputan6.com, Yogyakarta - Naiknya kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir, membuat Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM menyiapkan layanan rumah sakit khusus Covid-19.

Ade Febrina Direktur Medik dan Pelayanan RSA UGM mengatakan pihaknya sudah memiliki pengalaman sebagai RS rujukan COVID-19 di DIY, sehingga sudah mempunyai alur yang bisa segera diaktifkan kembali bila terjadi lonjakan kasus varian omicron maupun varian lainnya.

“Secara fasilitas sarana prasarana, terdapat 245 bed dengan tekanan negatif yang bisa segera berubah fungsinya menjadi ruang ranap infeksi untuk ranap reguler dan intensive care,” kata Ade kepada wartawan, Selasa 18 Januari 2022.

Sebagai persiapan, ada 467 bed dan Lab Diagnostik COVID 24 jam pemeriksaan antigen dan RT-PCR untuk penanganan pasien yang terindikasi Covid-19. RSA UGM menyiapkan gedung khusus perawatan Covid-19 yang terpisah dengan layanan reguler.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Terbuka untuk Masyarakat

Gedung ini melayani dari pendaftaran, kasir, apotek, poliklinik, rawat inap hingga Intensive care unit (ICU) khusus pasien covid-19. Semua petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) level tiga sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO. 

 “Karenanya RSA UGM siap menghadapi COVID  dengan aktivasi sistem tersebut,” ujarnya.

Ade mengatakan masyarakat tidak perlu sungkan dan khawatir berobat ke RSA UGM. Sebab, pemerintah Indonesia menjamin rakyatnya yang sakit COVID dengan penjaminan dari Kementerian Kesehatan.

Sementara untuk pasien yang isolasi mandiri yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan di RSA UGM akan dibantu monitoring kesehatannya melalui sistem monitor isolasi mandiri. 

“Lewat sistem ini pasien akan tahu apakah kondisinya membaik, atau memburuk, kapan harus periksa ke rumah sakit kembali,” ujarnya.