Nasib Apes Warga Gorontalo, Niat Cari Ikan di Danau Limboto Malah Dapat Buaya

Buaya yang ditangkap nelayan danau limboto langsung dievakusi BKSDA Gorontalo (Arfandi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Warga Kelurahan Tenilo, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo digegerkan dengan adanya penemuan buaya di muara Sungai Pohu yang berbatasan langsung dengan Danau Limboto.

Hewan melata berukuran kurang lebih 1,5 meter itu ditemukan oleh salah seorang warga bernama Hamzah Djafar (33). Pada saat itu, dirinya hendak mencari ikan di Danau Limboto.

Hamzah mengakui, dirinya telah dua kali melihat buaya tersebut, pertama kalinya buaya lari, nanti yang kedua kalinya, dirinya berhasil menangkap buaya tersebut. Penangkapan buaya itu dilakukan sendirian, setrum ikan yang dipegang mampu melumpuhkan buaya tersebut hingga akhirnya bisa ditangkap.

"Saya setrum, akhirnya dia bisa saya lumpuhkan. Kemudian saya ikat mulutnya dan saya bawa. Tangkapan belum ada malah dapat buaya," kata Hamzah Kepada Liputan6.com, Selasa (25/01/2022)

"Setelah berhasil ditangkap, saya melaporkan hal ini ke pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Gorontalo," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Gorontalo Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sjamsuddin Hadju mengatakan, baru pertama kalinya ditemukan buaya di Danau Limboto. Menurutnya, jika ini benar, maka hal ini akan membahayakan para nelayan di Danau Limboto.

"Saya juga kaget, dengan adanya penemuan buaya ini. Soalnya laporan ini yang pertama kali ada," kata Sjamsuddin.

Syamsudin mengimbau kepada masyarakat yang melakukan aktivitas di Danau Limboto untuk lebih berhati-hati. Karena, buaya merupakan hewan yang sulit diidentifikasi keberadaanya.

"Para nelayan yang sering mencari ikan di Danau Limboto tolong berhati-hati, khusus juga bagi anak-anak," dia menandaskan.

Simak juga video pilihan berikut:

Seekor buaya muara atau Crocodilus Porosus, yang mengalami obesitas seberat 200 kilo gram yang hidup bersama dalam keluarga di kota Bogor Jawa Barat selama dua puluh satu tahun, akhirnya di evakuasi oleh pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam