Liputan6.com, Yogyakarta - Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menggelar Hybrid Winter Course 2022 on Interprofessional Education pada 24 Januari–4 Februari 2022 sebagai bagian dari membangun budaya kesehatan baru. Dekan FK KMK UGM, Ova Emilia menyampaikan kegiatan yang melibatkan mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan ini dapat memperkaya ilmu terkait penanganan dan pencegahan Covid-19.
"Dengan bekal kecukupan pengetahuan tentang Covid-19 tersebut, mereka diharapkan mampu memberikan edukasi kepada masyarakat agar memiliki keberanian dan kedisiplinan untuk membudayakan kultur kesehatan baru sehingga mampu hidup berdampingan dengan Covid-19 di masa depan," ujarnya Senin (24/1/2022).
Membangun budaya kesehatan baru oleh seluruh elemen masyarakat sangat perlu untuk menghadapi masa transisi menuju endemi Covid-19. Menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan, menyukseskan program vaksinasi, membatasi mobilitas, menerapkan gaya hidup sehat, mengatur gizi dan asupan nutrisi tubuh, hingga membudayakan kejujuran menjadi bisa menjadi beberapa poin prioritas budaya baru.
Advertisement
Baca Juga
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama FKG UGM, Trianna Wahyu Utamni berharap melalui program ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa dalam pengayaan ilmu pengetahuan. Harapannya dapat mendorong mahasiswa selalu berinovasi menemukan solusi atas persoalan kesehatan di masyarakat.
"Dengan interprofessional education ini bisa menjadi pemahaman baru bagi tenaga kesehatan masa depan bahwa yang sekarang baru dilakukan kelak akan menjadi hal normal dan protokol standar," katanya.
Ketua panitia Hybrid Winter Course 2022 on Interprofessional Education, Gunadi mengatakan tema kegiatan mengarah masa transisi dari pandemi menuju epidemi Covid-19. Seluruh elemen masyarakat diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan baik agar bisa hidup berdampingan dengan budaya kesehatan baru.
"Setelah melalui masa pandemi selama 3 tahun ini, upaya promosi dan prevensi menjadi sangat penting. Jika virus bermutasi maka manusia juga harus berevolusi dengan promosi dan prevensi kesehatan dan ini akan menjadi budaya baru," paparnya.
Gunadi mengatakan kegiatan ini diikuti oleh 152 peserta yang terdiri dari 13 mahasiswa dari Malaysia, Myanmar, dan Pakistan serta 139 mahasiswa dari Indonesia. Program ini bertujuan untuk mendorong keterlibatan mahasiswa untuk secara aktif mengidentifikasi masalah kesehatan yang muncul di masyarakat.
"Nantinya akan ada kunjungan lapangan ke Desa Batik Sehat, Lendah Kulon Progo. Di sana mahasiswa dan dosen akan berdiskusi dengan masyarakat yang terdampak pandemi serta melakukan olah raga bersama dan mengadakan kegiatan kuliner asupan gizi berkecukupan," dia menandaskan.