Liputan6.com, Malang - Literasi menjadi amunisi penting dalam menciptakan kualitas SDM unggul dan berakhlak. Namun demikian peningkatan kualitas literasi harus didukung dengan sarana prasarana yang memadai, koleksi bahan bacaan yang mendukung kemampuan potensi masyarakat serta pemakaian teknologi informasi yang tepat sasaran.
"Paradigma perpustakaan seiring perkembangan zaman tidak lagi berkutat pada manajemen koleksi. Di era digital, perpustakaan sudah bermain pada ruang digital, aktif melakukan transfer knowledge sehingga ekosistem pengetahuan dan digital terjaga," kata Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, saat peresmian gedung layanan perpustakaan umum Kota Batu, pengukuhan Bunda Literasi dan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), Jumat (4/2/2022).
Baca Juga
Perpustakaan di sektor pendidikan merupakan jantungnya pendidikan. Tetapi tidak semua jenjang pendidikan mampu melayani secara formal kebutuhan pengetahuan masyarakat secara tuntas.
Advertisement
"Di situlah peran penting lain yang dilakoni perpustakaan, yakni memfasilitasi siapa pun yang putus sekolah menciptakan ruang kreatif untuk bisa bersaing di pasar global," tambah Bando.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pentingnya Literasi Digital
Di era teknologi 4.0, kehadiran internet sudah menjadi kebutuhan yang melekat di samping informasi itu sendiri. Internet ketika digunakan dalam ruang publik yang positif diyakini mampu menggairahkan dialog konstruktif, mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan, dan demokrasi. Keyakinan seseorang menggunakan internet secara positif tentu dilatarbelakangi oleh kemampuan literasinya.
"Dengan menjadi warga yang literat, kita akan berdaya menjalani hidup dengan baik," kata Duta Besar Indonesia untuk UNESCO Ismunandar.
Di UNESCO, tambah Ismunandar, sedang digalakkan media and information citizen, tagline "Think Critically, Click Wiselly, artinya berpikir kritis, lalu bijak mengklik setiap informasi.
"Literasi informasi adalah bagaimana menggunakan informasi secara etis, dan menggunakan skill untuk memproses informasi. Ada etika ketika memposting karena terkait hal cipta atau copy right," paparnya.
Sementara itu, dosen Universitas Brawijaya Irwan Permadi mengatur ekosistem digital mewajibkan pustakawan memiliki kemampuan literasi digital. Unibraw siap berikan pemahaman terkait hal tersebut.
"Perpustakaan yang bertahan adalah perpustakaan yang mau belajar dan beradaptasi dengan perubahan zaman," katanya.
Sedangkan Dwi Harining Setyowati dari Komunitas Kreatif Perempuan Kota Batu (Batoga) mengaku, untuk berkreativitas komunitasnya tidak ada guru khusus. Oleh karena itu, harapan ke depan bisa berkolaborasi bersama ibu-ibu untuk belajar di perpustakaan.
Renovasi perpustakaan Kota Batu sendiri menggunakan dianggarkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) 2019. Namun, ketersediaan koleksi yang hanya 34.300 dan 4.800 e-book dirasa Wali Kota Batu Dewi Rumpoko kurang. Ia berjanji akan menambah alokasi pengadaan koleksi dan penguatan sarana prasarana perpustakaan.
Advertisement