Sukses

Rekomendasi Ahli Geologi Terkait Status Gunung Tangkuban Parahu Level 1

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Budi Eko Lelono mengungkapkan hasil pengamatan visual dan instrumental Gunung Tangkuban Parahu di Subang, Jawa Barat.

Liputan6.com, Bandung - Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Budi Eko Lelono mengungkapkan hasil pengamatan visual dan instrumental Gunung Tangkuban Parahu di Subang, Jawa Barat.

Budi menuturkan, berdasarkan pengamatan visual, mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu belum mengalami peningkatan yang signifikan.

Selain itu, embusan yang terjadi di Kawah Ecoma yang terjadi beberapa hari lalu, diduga akibat adanya dinamika air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan, yang kemudian terpanaskan dan membentuk akumulasi uap air atau steam bertekanan tinggi.

Sehingga, terjadi overpressure sementara atau transien dan gas keluar berupa embusan yang cukup kuat melalui zona lemah alias rekahan. Embusan berwarna putih tersebut, mengindikasikan bahwa aktivitas ini didominasi oleh uap air.

"Mengacu pada hasil pemantauan visual dan instrumental dan estimasi potensi ancaman bahaya terkini maka tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada level I atau normal," kata Budi melalui keterangan tertulis, Senin (14/2/2022).

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Rekomendasi

Lebih jauh Budi menuturkan, pada level I pihaknya merekomendasikan tiga hal kepada masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu.

Bagi masyarakat, pedagang, wisatawan, dan pendaki diimbau tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan Kawah Upas, serta tidak diperbolehkan menginap atau berlama-lama berada di dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkuban Parahu.

Kemudian, pengunjung atau masyarakat harus terus mewaspadai meningkatnya konsentrasi gas-gas vulkanik yang dapat terjadi secara tiba-tiba, yaitu dengan tidak berlama-lama berada di sekitar area kawah aktif Gunung Tangkuban Parahu agar terhindar dari paparan gas yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa.

"Serta, mewaspadai terjadinya letusan freatik yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala peningkatan vulkanik yang jelas," Budi menandaskan.