Sukses

Bikin Haru, Kisah Cinta Putri Mandalika Demi Cegah Perpecahan di Pulau Lombok

Saat Putri Mandalika tumbuh dewasa, kecantikannya menggoda pemuda-pemuda di dalam maupun luar wilayah Kerajaan Sekar Kuning. Mereka berbondong-bondong melamar Putri Mandalika dan ingin menjadi pendamping hidupnya.

Liputan6.com, Mataram - Zaman dahulu di Pulau Lombok ada Kerajaan Sekar Kuning yang dipimpin oleh Raden Panji Kusuma. Raja tersebut dikenal dengan nama Raja Tonjeng Beru yang permaisurinya bernama Dewi Seranting.

Raja Tonjeng Beru terkenal dengan sosok yang arif bijaksana dan adil. Rakyatnya hidup makmur, sejahtera, peduli, dan loyal pada raja yang memimpinnya.

Raja Tonjeng Beru memiliki putri yang sangat disayangi. Namanya adalah Putri Mandalika yang terkenal dengan paras cantik luar dan dalam. Kecantikannya itu telah diketahui oleh masyarakat di seluruh penjuru negeri. Tidak salah kalau banyak yang menyukai Putri Mandalika.

Saat Putri Mandalika tumbuh dewasa, kecantikannya menggoda pemuda-pemuda di dalam maupun luar wilayah Kerajaan Sekar Kuning. Mereka berbondong-bondong melamar Putri Mandalika dan ingin menjadi pendamping hidupnya.

Di balik kebahagiaan Raja Tonjeng Biru karena banyak pemuda yang ingin mempersunting putrinya, ada kecemasan dari sang raja. Raja Tonjeng Biru khawatir jika rakyatnya jadi terpecah belah karena soal cinta.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Putri Mandalika Bersemedi

Di sisi lain, raja memberikan keleluasaan kepada sang putri untuk memilih sosok pendamping hidupnya. Namun, Putri Mandalika tak langsung memilih calon pangerannya.

Ia memutuskan untuk bersemedi di sebuah tempat. Selama bersemedi, Putri Mandalika memikirkan secara matang soal 'banjir' lamaran padanya.

Pada penanggalan Suku Sasak tanggal 20 bulan 10, Putri Mandalika meminta pemuda, prajurit, pangeran, dan seluruh masyarakat yang ingin mendapatkan cintanya agar hadir di Pantai Seger sebelum terbit fajar. Raja Tonjeng Biru dan permaisurinya pun turut hadir menyaksikan pengumuman putrinya.

Putri Mandalika pun mengumumkan keputusannya. Pada dasarnya, sang putri tak ingin ada perpecahan di antara rakyat Kerajaan Sekar Kuning gara-gara soal cinta. Ia memutuskan menerima semua lamaran yang ditujukan padanya.

3 dari 3 halaman

Menjelma Nyale

Kemudian sang putri menjatuhkan diri ke laut dan hanyut seketika. Mereka yang hadir termasuk pelamar sang putri ramai-ramai mencoba menyelamatkan Putri Mandalika.

Namun Putri Mandalika tak ditemukan, yang ada malah cacing-cacing laut bermunculan. Kemudian cacing tersebut diberi nama nyale dan dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Hingga kini upacara Bau Nyale masih sering dilakukan oleh masyarakat di Lombok. Biasanya upacara adat Bau Nyale dilaksanakan pada Februari hingga Maret.