Sukses

Usai Produsen Tempe, Perajin Tahu Garut Mogok Produksi 3 Hari Imbas Kenaikan Harga Kedelai

Harga kacang kedelai yang cukup tinggi cukup memberatkan perajin tahu. Pasalnya, berbeda dengan perajin tempe, perajin tahu kesulitan memperkecil ukuran tahu yang dibuatnya untuk menekan biaya produksi.

Liputan6.com, Garut - Perajin tahu di Kabupaten Garut, Jawa Barat mogok produksi hingga tiga hari, akibat tingginya harga kacang kedelai saat ini.

"Awalnya Senin kemarin, hari terakhir," ujar Fahmi, salah seorang perajin sekaligus pedagang tahu di kawasan pasar Ciawitali, Garut, Rabu (23/2/2022).

Menurutnya, harga kacang kedelai yang cukup tinggi cukup memberatkan perajin tahu. “Perajin tahu berbeda dengan perajin tempe, meskipun diperkecil ukuran tempe masih bisa bersaing,” kata dia.

Ia mencontohkan untuk sekali "jirangan" (kapasitas 18 kilogram kacang kedelai), istilah dalam satu kali olah di kalangan perajin tahu di Garut, rata-rata menghasilkan 350 biji tahu berbagai ukuran.

Dengan harga jual di angka Rp600, Rp800, dan Rp1.000 per biji, rata-rata keuntungan perajin tahu tergerus hampir 80 persen. "Itu belum ongkos tenaga kerja serta kebutuhan gas atau kayu bakar," kata dia.

Sebelum harga kacang kedelai naik, ujar dia, rata-rata keuntungan yang bisa diraih per satu jirangan sekitar Rp100 ribu, namun kini angka keuntungan itu hanya tersisa Rp20 ribu per jirangan.

"Kalau hanya mencari keringat saja tanpa ada untungnya, ngapain capek-capek," ujar dia.

Meskipun demikian, Fahmi cukup beruntung memiliki konsumen tetap di kalangan perajin bakso di Garut, sehingga dia bisa tetap berproduksi. "Kalau ke pasar kami terpaksa dikurangi, kami optimalkan saja pesanan lebih jelas pasarnya," ujar dia.

Sementara para perajin tahu lainnya lebih memilih berhenti berjualan, sebagai bentuk aksi demo pengrajin tahu atas kenaikan harga kacang kedelai tersebut. "Kalau modal pas-pasaran mau bagaimana lagi, kecuali tetap mau berjualan dengan modal nekat," ujar dia.

Simak video pilihan berikut ini: