Liputan6.com, Palu - Bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan sumber daya alam yang melimpah, melainkan juga butuh sumber daya manusia yang literat. SDM yang literat penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat memenangi persaingan global.
Wakil Gubernur Sulteng Ma’mun Amir mengakui di wilayahnya ada 8 potensi alam, hasil bumi, dan mineral yang dimiliki, mulai dari emas, nikel, rumput laut, hingga kopra. Sayangnya, masyarakat yang mengelolanya belum hidup sejahtera. Hal ini disebabkan karena ongkos transportasinya lebih mahal dari biaya produksi.
Baca Juga
"Kebijakan pusat membantu pembangunan gedung layanan perpustakaan umum melalui Dana Alokasi Khusus sangat membantu. Mengingat kami masih berfokus pada persoalan kesejahteraan,” ujar Ma'mun saat peresmian gedung layanan perpustakaan dan Peningkatan indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Kota Palu, Rabu (2/3/2022).
Advertisement
Ma’mun mengharapkan persyaratan yang diberikan diperlunak agar daerah kabupaten/kota lain di Sulteng bisa juga mengusulkan pembangunan perpustakaan. Tujuannya agar kegemaran membaca seluruh masyarakat, khususnya di desa terbantu sehingga bisa melihat masa depan lebih sejahtera.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fondasi Budaya Literasi
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando dalam kesempatannya mengatakan, membangun kualitas manusia budaya literasi diperlukan sebagai fondasi yang kokoh bagi terwujudnya masyarakat berkualitas dan sejahtera.
Literasi adalah bentuk cognitive skill memampukan manusia untuk mengidentifikasi, mengerti, memahami, dan mencipta yang diperoleh dari kegiatan membaca lalu ditransformasikan berbagai kegiatan yang produktif yang memberikan manfaat sosial, ekonomi dan kesejahteraan.
"Indonesia harus bisa menciptakan SDM yang unggul, menguasai Iptek, memiliki skill dan kreativitas sehingga mampu menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pada akhirnya meningkatkan income per kapita daerah," terang Kepala Perpusnas.
Maka, mustahil menjadi manusia unggul tanpa membaca. Parameter literasi tidak bertumpu pada kemampuan merangkai huruf, kata dan kalimat. Kalau itu yang jadi parameter, sudah selesai tugas negara. Di sinilah peran perguruan tinggi mutlak diperlukan. Perguruan tinggi bisa berkontribusi nyata mengangkat harkat martabat bangsa lewat bahan bacaan yang berkualitas, tambah Syarif Bando.
Bunda Literasi Provinsi Sulteng terlantik Vera Rompas Mastura mengatakan, siap mengemban amanah sebagai bunda literasi. Dia mengaku tugas yang akan dilakukan sama seperti bunda-bunda literasi yang lain, di mana salah satunya yakni penguatan kegemaran membaca hingga ke desa-desa.
Advertisement
Provinsi Sulteng 5 Terbawah
Sementara itu, anggota Komisi X DPR Sakinah Aljufri menambahkan kegemaran membaca bukan sekadar memberikan pemahaman secara tersirat, tetapi bagaimana membuka wawasan yang lebih luas. Tidak seperti memakai kaca mata kuda. Demikian juga dengan peran bunda literasi yang tidak bisa dianggap remeh.
"Wanita itu tiang agama. Sebagai tiang, maka dia harus kokoh. Apalagi tugas literasi bukan tugas Perpustakaan Nasional saja, tapi tugas stake holder semua," ujarnya.
Ketua Komisi IV DPRD Sulteng Alimuddin Paada menguatkan dukungan pemerintah provinsi. Meski di era digital tapi keberadaan perpustakaan nyata masih dibutuhkan oleh masyarakat.
Di sejumlah daerah, perpustakaan sudah tampak maju tapi di sini masih banyak daerah yang belum terjangkau. "Kita harus mendorong perpustakaan agar Indeks Pembangunan Manusia kita naik, Provinsi Sulteng, masih menempati lima terbawah," katanya.
Selain menggelar talk show, Perpusnas juga mengadakan penandatanganan MoU dengan enam pemerintah daerah dan 11 perguruan tinggi di Sulteng.