Sukses

Menanti Tower Telekomunikasi di Sigi

Hingga tahun 2022 pemerataan akses telekomunikasi masih menjadi harapan di Kabupaten Sigi yang termasuk daerah tertinggal. Pendidikan menjadi sektor yang paling merasakan dampaknya.

Liputan6.com, Sigi Hingga tahun 2022 pemerataan akses telekomunikasi masih menjadi mimpi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang termasuk daerah tertinggal. Pendidikan menjadi sektor yang turut terimbas kurangnya akses telekomunikasi.

Ini tahun ke-3 sejak 2020, SMPN 16 Desa Uwenuni, Sigi kembali menutup sekolah akibat pandemi. Sekolah sempat dibuka tapi lagi-lagi harus ditutup akibat pendemi yang mengkhawatirkan lagi di wilayah itu.

Berbeda dengan sekolah-sekolah di pusat kota, di wilayah-sekolah terpencil seperti Desa Uwenuni, Kecamatan Palolo tersebut kondisinya berbeda. Jangankan akses internet sinyal selularpun tidak mendukung.

Guru harus mendatangi siswa satu per satu untuk mengantar soal-soal pelajaran dan bahan belajar mereka agar pembelajaran tetap dapat dilakukan. Dalam seminggu para guru di sekolah itu tiga kali mendatangi para siswa untuk mengambil soal-soal yang diberikan lalu memberikan soal yang baru.

Bagi anak-anak yang rumahnya saling berjauhan para guru membuat semacam kotak surat yang ditempatkan di rumah salah satu siswa, yang digunakan untuk menitipkan soal-soal yang sudah dikerjakan.

Hanya dengan begitu mereka bisa menjangkau 300 siswa sekolah itu yang tempat tinggalnya tersebar di 4 desa. Desa terjauh yang mereka kunjungi 15 kilometer dari sekolah.

“Kami buat kotak surat di 5 titik di desa-desa terpencil itu, harapannya soal pelajaran bisa diambil-antar siswa di sana, tidak perlu ke sekolah,” salah satu guru SMPN 16 Sigi, Bungaria Rapa bercerita.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Siasat Dinas Agar Internet Dirasakan Siswa Terpencil

Kondisi pembelajaran di SMPN 16 Sigi itu merupakan gambaran jamak pendidikan di Kabupaten Sigi. Infrastruktur telekomunikasi untuk akses internet di wilayah-wilayah pedalaman mendesak tidak hanya di situasi pandemi tapi juga untuk masa depan peserta didik.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sigi, Anwar mengungkapkan dari 15 kecamatan di Sigi, sekolah-sekolah di 7 kecamatan terpencil belum terjangkau koneksi internet yang memadai bahkan tidak ada sama sekali. Kecamatan-kecamatan itu yakni Marawola Barat, Nokilalaki, Lindu, Kinovaro, Kulawi, dan Pipikoro.

Salah satu siasat agar akses internet bisa dirasakan siswa di sekolah-sekolah terpencil kata Anwar adalah pemusatan kegiatan belajar di satu sekolah yang sudah terkoneksi internet untuk beberapa sekolah jika membutuhkan internet. Namun pola itu baru terlaksana di  satu kecamatan, yakni di Marawola Barat yang dimulai pada November tahun 2021 lalu.

“Akses internet suka tidak suka dengan perkembangan zaman sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Sigi, bukan hanya untuk saat ini melainkan juga demi masa depan,” Anwar mengatakan, Rabu (9/3/2022).

3 dari 3 halaman

Menanti Penyelesaian Infrastruktur Telekomunikasi di Sigi

Selain untuk pendidikan, kemudahan akses komunikasi dan internet di kabupaten seluas 5.000 kilometer persegi itu juga diharapkan mampu mengentaskan Sigi dari status sebagai daerah tertinggal.

Menurut Kepala Dinas Kominfo Sigi, Safriansyah, Pemkab Sigi masih menunggu 50 tower Base Tranceiver Station (BTS) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dikerjakan sejak tahun 2020 dan ditarget selesai pada akhir Maret 2022. Tower-tower itu dibangun di 10 kecamatan.

Dari target 50 tower itu Safriansyah menyebut sejauh ini belum semuanya selesai.

“Ada 18 tower yang sudah berdiri dan difungsikan. Pengerjaan oleh kementerian, kami hanya menyediakan lahan,” kata Safriansyah, Rabu (9/3/2022).

Safri berharap pembangunan tower-tower itu bisa segera selesai dan memudahkan akses komunikasi dan internet di lokasi terpenci di daerah itu agar kabupaten yang bertetangga dengan Kota Palu dan Poso itu semakin maju.