Sukses

Kolaborasi Apik Tari Kecak dan Ogoh-Ogoh di GWK Cultural Park Bali

Inilah perlambangan bakti seorang anak kepada ibunya yang menggetarkan hati Dewa Wisnu. Anak tersebut adalah Burung Garuda kemudian didapuk menjadi tunggangan Dewa Wisnu.

Liputan6.com, Bali - Pertunjukkan yang berdurasi 45 menit ini membuat penonton terpana.

Mulai dari tarian, mimik suara dan wajah penari, lakon cerita, kolaborasi apik kecak dan ogoh-ogoh, sampai kesan dan pesan yang ditinggalkan menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung wisata GWK Cultural Park.

Ttarian yang disuguhkan ini merupakan kolaborasi Kecak dengan Ogoh-ogoh yang tercetus atas antusiasme GWK cultural Park Bali yang berupaya membuat diferensiasi pertunjukan Kecak yang berbeda dari apa yang sudah ada selama ini.

“Kami ingin memunculkan sisi unik dari tarian Kecak untuk tak tampil seperti kecak pada umumnya yang hanya menampilkan cerita Ramayana. Ide kolaborasi dengan Ogoh-ogoh ini selain karena ruang gerak penari di area lotus GWK bisa mengakomodir kehadiran Ogoh-ogoh dalam pertunjukan juga karena semangat menampilkan suguhan unik dan berciri khas,” ujar Ngurah Wahyu, Attraction Section Head di GWK Bali pada Liputan6.com, Selasa (08/03/22).

Perlu waktu sekitar 3 bulan bagi Ngurah Wahyu dan Kadek Suartaya dari ISI Denpasar untuk mengonsep kreasi tarian kecak baru ke bentuk kolaborasi dengan ogoh-ogoh.

Latihan demi latihan dengan konsep terbaru ini sudah dilakukan sejak Oktober 2021 dan penampilan perdananya pada Desember tahun lalu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sinopsis

“Garuda adalah manusia bersayap yang berkepala burung. Makhluk mitologi ini diusung sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kisah Garuda dituturkan pada episode awal epos agung Mahabharata. Setelah melewati perjuangan maha bahaya, Garuda dianugrahkan tirta amerta (air kehidupan abadi) oleh para dewa untuk menolong ibunya dari derita kemanusiaan. Ditunggangi Dewa Wisnu, Garuda melanglang jagat menegakkan kebenaran dan mengawal kehidupan kerta raharja gemah ripah lohjinawi. Garuda Wisnu Kencana, mengayomi bumi, menyemai zaman keemasan peradaban.”

Tirta Amerta adalah air kehidupan abadi, air suci kebahagian nan tiada tara bagi yang berhasil mereguknya. Dewa Wisnu sejak awal sudah mengamati kehadiran dan keperkasaan Garuda.

Paham akan kedatangan Garuda untuk mendapatkan tirta amerta yang disakralkan di Surga untuk digunakan nuntuk menolong ibunya dari perbudakan, Dewa Wisnu dengan penuh kasih mengabulkan keinginan Garuda. Setelah tirta amerta diserahkan kepada Garuda, Dewa Wisnu meminta kesediaan Sang Garuda menjadi wahana atau kendaraan Dewa Wisnu.

“Wahai Garuda yang gagah perkasa, bersiaplah menjadi tumpanganku untuk memerangi keangkaramurkaan, menegakkan kebenaran, dan menciptakan ketenteraman dunia. Mari turun ke bumi, menghalau kejahatan dan membasmi para naga pembuat keonaran,” seru Dewa Wisnu pada Sang Garuda.

Percikan tirta amerta menyejukkan jagat, mendamaikan hati sanubari segenap insansi manusia, menciptakan kebahagiaan serta kehidupan nan rukun, saling menghargai dan saling merajut kasih.

3 dari 5 halaman

Kesan & Pesan Lakon Cerita

Cerita ini melambangkan bakti seorang anak kepada ibunya yang menggetarkan hati Dewa Wisnu. Anak tersebut (manusia bersayap yang berkepala burung) kemudian didapuk menjadi tunggangan Dewa Wisnu. Hal ini terepresentasikan ke wujud Patung GWK Cultural Park yang diresmikan Presiden Jokowi pada tahun 2018 lalu.

 

4 dari 5 halaman

Testimoni Penonton

“Saya dan suami senang banget bisa belajar sejarah juga tahu tentang tokoh-tokoh yang ada di Bali. Bisa menonton langsung rangkaian kecak yang sudah dikolaborasikan dengan ogoh-ogoh,” kata Yesintha yang pernah mengenyam pendidikan Jurusan seni dan desain, prodi Pendidikan Seni Tari dan Musik Universitas Negeri Malang pada peliput.

Selain menonton pertunjukan, Yesintha juga menyempatkan diri melihat patung Dewa Wisnu yang berada di atas.

“Seru dan menarik, disajikan dengan kolaborasi tari modern juga ogoh-ogoh. Tampak kekinian tanpa meninggalkan kesan aslinya,” ujar Puspa Anom, seorang Praktisi Yoga dan Meditasi yang turut menyaksikan tarian sore itu.

 

5 dari 5 halaman

Sekaa Kecak Puspa Sari Urip

Adapun yang menjadi penari adalah teman-teman dari Sekaa Kecak Puspa Sari Urip. Mereka mampu membius penonton hal ini terlihat dari antusiasme mereka menyaksikan pagelaran dari awal hingga usai. Bagi pengunjung yang berminat untuk berswafoto dengan para penari diberikan kesempatan di akhir pertunjukkan secara bergantian dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.