Sukses

Stabilisasi 3 Komoditas, Bank Indonesia Kembangkan Klaster Pertanian di Sumsel

Panen bersama tanaman cabai merah di UPTB Sriwijaya Science Techno Park (SSTP), Desa Bakung, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir Sumsel.

Liputan6.com, Palembang - Ada banyak faktor yang mendorong terjadinya inflasi di Sumatera Selatan (Sumsel), salah satunya di sektor pertanian, terutama tiga komoditas, yakni cabai merah, bawang merah dan ayam petelur.

Untuk menstabilitaskan harga komoditas tersebut, Bank Indonesia Perwakilan Sumsel turun langsung untuk mengembangkan klaster pertanian tersebut.

Pasalnya, selama lima tahun terakhir, ketiga komoditas tersebut merupakan penyumbang utama inflasi di Sumsel, sehingga perlu distabilkan. Untuk itu, Bank Indonesia Sumsel melakukan pendampingan ke petani Sumsel di klaster tersebut.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel Erwin Soeriadimadja, di saat panen bersama klaster tanaman cabai merah di kawasan UPTB Sriwijaya Science Techno Park (SSTP), Desa Bakung, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir Sumsel.

“Bank Indonesia bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbanda) Sumsel, untuk pengembangan klaster komoditas pangan penyumbang inflasi atau volatile food,” ucapnya, Minggu (13/3/2022).

Diakuinya, klaster pertanian bisa sukses, jika ada pendampingan kepada petani mulai dari hulu hingga hilir. Bank sentral juga menerapkan konsep digital farming, untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas tanaman.

“Digitalisasi ini dimulai dari proses produksi hingga ke panen. Penggunaan teknologi digital ini, ternyata memberikan hasil yang luar biasa,” ujar petinggi Bank Indonesia Sumsel tersebut.

Menurutnya, digital farming di klaster cabai merah bisa bermanfaat untuk alat sensor tanah dan cuaca, otomatisasi pemupukan dan pengairan serta pemantauan kondisi lahan dengan CCTV.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Panen Cabai Merah

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Balitbanda Sumsel Alamsyah menuturkan, produksi klaster cabai merah bisa mencapai 2,4 ton ha di lahan seluas sekitar 2 hektare. Tanaman tersebut tumbuh di usia 9-12 bulan.

“Di usia tanam 75 hari, para petani sudah bisa dipanen. Petani cabai merah juga bisa mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp42 juta per Hektare, dengan kisaran harga cabai senilai Rp35.000 per Kilogram,” ujarnya.

Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Sumsel Febrita Lustia Herman Deru mengungkapkan, dengan adanya pasokan tiga komoditas pertanian di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel tersebut, PKK Sumsel akan membantu dalam pemasaran ke berbagai daerah di Sumsel.

3 dari 3 halaman

Program PKK Sumsel

Istri Gubernur Sumsel Herman Deru tersebut menjelaskan, TP PKK Sumsel juga membantu petani di Pagar Alam, dalam memasarkan jeruk, cabai merah dan bawang putih. Komoditas tersebut akan dikirim ke TP PKK Sumsel dengan harga yang sesuai.

Bahkan setiap tiga bulan sekali, TP PKK se-Sumsel berkumpul bersama dan mengikuti pelatihan dalam mendukung program tersebut.

“Program TP PKK Sumsel ini terus kami galakkan, sesuai dengan program Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel, yakni Gerakan Sumsel Mandiri Pangan,” ujarnya.