Sukses

Misteri Wong Kalang Kotagede Yogyakarta, Para Saudagar Kaya yang Hilang

Wong kalang biasanya hanya akan menikah sesama wong kalang.

Liputan6.com, Yogyakarta - Indonesia memiliki banyak sekali suku dan etnis, baik yang masih bertahan hingga hanya tersisa menjadi sejarah. Salah satunya adalah keberadaan wong kalang di Kotagede, Yogyakarta, yang kini hanya menyisakan beberapa rumah-rumah mewah nan megah.

Rumah kalang milik Haji Noerijah yang bertransformasi menjadi Intro Living Museum Kotagede kembali mengingatkan akan keberadaan wong kalang Kotagede yang seolah hilang ditelan bumi.

Dikutip dari berbagai sumber, penamaan kalang sebenarnya berasal dari bahasa Kawi atau bahasa Jawa kuno yang berbunyi kepalang yang artinya terpisah atau terhalang. Mereka memisahkan diri dari masyarakat umum semenjak adanya migrasi besar-besaran ras Austronesia ke nusantara yang melahirkan suku-suku moderat saat ini, salah satunya adalah suku Jawa.

Wong kalang datang ke bumi Mataram Islam pada abad ke-17. Awalnya, mereka membuka hutan yang disebut Alas Mentaok.

Alas Mentaok yang berada di sisi timur pusat kerajaan Mataram Islam. Kemudian wilayah ini berkembang menjadi permukiman penduduk.

Kemahiran wong kalang dalam mengembangkan kerajinan ukir emas dan perak berhasil membuat permukiman tersebut sebagai sentra kerajinan emas dan perak sejak masa kejayaan Sultan Agung.

Kepandaian mereka berhasil menjadikan wong-wong kalang ini menjadi saudagar yang kaya raya. Terlihat dari rumah-rumah besar dengan interior khas Jawa, China dan Belanda milik wong-wong kalang yang masih dapat dikunjungi hingga saat ini.

Dengan cepat, wong-wong kalang kemudian berubah menjadi tuan tanah dan tempat orang-orang sekitar pada zaman itu meminjam uang. Hal ini membuat wong kalang membentuk komunitas sosial mereka sendiri.

Wong kalang biasanya hanya akan menikah sesama wong kalang. Pernikahan sesama kerabat kalang bertujuan untuk mempertahankan harta kekayaan keluarga yang mereka punya, sehingga harta kekayaan keluarga tidak jatuh ke orang luar atau orang nonkalang.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kecemburuan Sosial

Identitas sebagian besar generasi muda kalang lebih tertarik menjadi pedagang atau pengusaha daripada pegawai. Selain itu, mereka merasa wajib memperoleh keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain.

Keberhasilan wong kalang merintis komunitas sosialnya menjadi saudagar kaya raya, dan bank plecit atau lintah darat pada masa itu tentu menimbulkan kecemburuan sosial.

Hingga akhirnya masyarakat setempat tidak sanggup lagi, merasa menjadi pembantu di desa mereka sendiri. Kemarahan warga setempat tentu bukan hanya gertakan semata, hingga akhirnya membuat wong-wong kalang ini pergi meninggalkan Kotagede atau menyembunyikan identitas mereka sebagai wong kalang.

Meninggalkan harta benda dan identitas wong kalang mau tidak mau dilakukan demi keamanan diri sendiri. Hingga akhirnya keberadaan wong kalang Kotagede ini seolah menghilang dari sejarah peradaban Kotagede, Yogyakarta.

Banyak cerita yang mengisahkan asal usul wong kalang ini, meski belum diketahui kebenarannya. Namun, tidak bisa dibilang hanya mitos belaka.

Konon, nenek moyang wong kalang adalah seorang putri mengawini seekor anjing lantaran termakan sumpahnya sendiri. Cerita semacam itulah yang memunculkan mitos, orang kalang memiliki ekor.

Selain terdapat pula dugaan bahwa orang kalang adalah orang Bali yang didatangkan oleh Raja Kerajaan Mataram Islam. Orang kalang yang didatangkan ke Yogyakarta berjumlah 50 kepala keluarga (KK).

Sesampainya di Yogyakarta, mereka ditempatkan di salah satu daerah di Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Sesuai nenek moyangnya dulu, di samping aktivitasnya pembuat candi, mereka juga menjadi tukang kayu.

Tak mengherankan apabila wong kalang masih mengadopsi budaya-budaya Bali, seperti membakar jenazah keluarga layaknya upacara ngaben di Bali.

Terlepas dari siapa dan ke mana hilangnya wong kalang Kotagede, Yogyakarta, wong kalang berhasil menjadikan Kotagede sebagai sentra perak yang tersohor hingga kini.

 

Penulis: Tifani