Sukses

Jalan ke Lahan Pertanian Makin Mulus, Petani di Garut Bebas Manggul

Kehadiran jalan usaha tani dinilai potensial membantu petani, salah satunya meringankan bebas ongkos kuli panggul yang selama ini cukup membebani petani

Liputan6.com, Garut - Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat merintis pembangunan ‘Jalan Usaha Tani’ di beberapa sentra pertanian, sebagai ikhtiar bersama meningkatkan kesejahteraan petani di kabupaten Garut.

“Jalan tani usaha itu penting, ketika mereka panen mereka tidak perlu memanggul tidak perlu ada cost (tambahan) untuk sampai ke tujuan, kalau sebelumnya kan mereka manggul sekarang lebih efisien,” ujar Bupati Garut Rudy Gunawan.

Menurutnya, kehadiran jalan usaha tani dinilai potensial membantu petani, salah satunya meringankan bebas beban ongkos kuli panggul yang selama ini cukup membebani petani.

“Kita bersama-sama (dan) pemerintah menyediakan infrastruktur, pemerintah memberikan penyuluhan dan teknologi,” kata dia.

Untuk rintisan perdana, pembangunan jalan usaha tani dibangun di Desa Sukawargi, Kecamatan Cisurupan, sebagai salah satu sentra produk pertanian di Garut.

“Petani juga serius menanam komoditas, yang tentu menguntungkan bagi dirinya dengan proses budidaya yang baik sehingga hasilnya juga signifikan,” ajak dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Ojek Gunung

Kepala Dinas Pertanian Garut, Beny Yoga Santika, menyatakan rata-rata jalan usaha tani dibangun di jalur angkut muat barang komoditas pertanian yang berada di area pegunungan, belum tersentuh fasilitas infrastruktur jalan.

“Awalnya hanya bisa dilalui oleh ojeg gunung, nah sekarang Alhamdulillah sudah bisa dilalui oleh (kendaraan) roda empat dan sebaginya,” kata dia.

Dengan upaya itu, proses angkut muat barang komoditas pertanian menjadi lebih mudah dan efisien untuk menekan biaya angkut yang biasa menggunakan ojek gunung.

“Kita kemarin sempat menghitung, jadi efesiensinya itu di atas 25-30 persen dari biaya yang biasa mereka lakukan (keluarkan),” kata di.

Selama ini beban biaya ongkos produksi seperti pemindahan pupuk, kemudian pengangkutan hasil tanam yang harus dikeluarkan petani, cukup tinggi selama belum hadirnya infrastruktur jalan.

“Biasanya biaya transportasinya kadang lebih mahal dibanding pembelian pupuk kandangnya sendiri,” ujar dia.