Sukses

Deklarasi Kesiapsiagaan Nasional Kalsel, Kepala BNPT: Terorisme Seperti Virus

Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar menyebut terorisme seperti virus dan sedang berusaha membuat vaksinnya.

Liputan6.com, Banjarmasin - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya untuk melakukan mitigasi pencegahan penyebaran paham ideologi terorisme di Kalimantan Selatan. Diumpamakan virus, maka diperlukan vaksin sebagai langkah kesiapsiagaan untuk pencegahannya.

Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar menghadiri pelaksanaan Deklarasi Kesiapsiagaan Nasional di Kallimantan Selatan di Rattan Inn Hotel Banjarmasin, Selasa (22/3/2022). Kegiatan tersebut merupakan salah satu program di Bidang Pencegahan BNPT.

“Tentunya kita perlu menciptakan vaksin-vaksin agar imunitas bangsa kita dalam menghadapi penetrasi, infiltrasi ideologi terorisme yang berbasis kekerasan yang senantiasa menghalalkan segala cara yang menyalahgunakan narasi-narasi agama,” ujar Komjen Pol Boy Rafli saat memberikan sambutan Deklarasi Kesiapsiagaan Nasional.

Pelaksanaan deklarasi diikuti oleh perwakilan seluruh pemuka agama yang ada di Kalimantan Selatan. Sejumlah tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat turut hadir kemudian turut mengikuti pembacaan lima isi pernyataan deklarasi.

Isi deklarasi memuat kesetiaan kepada Pancasilda dan NKRI, menunjung tinggi kebhinekaan, menolak intoleransi, dan siap mewujudkan Indonesia damai.

Selain menghadiri deklarasi, Kepala BNPT juga menghadiri dua agenda lainnya. Pertama sebelum deklarasi, mengikuti Kegiatan Perempuan Teladan Optimis dan Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalui FKPT Kalsel Bidang Perempuan dan Anak kemudian peresmian Wadah Akur Rukun Saling Berani Gelorakan (Warung) NKRI sekaligus Dialog Kebangsaan.

Simak juga video pilihan berikut

2 dari 3 halaman

Ideologi Transnasional

Rafli menjelaskan, dinamika masyarakat yang hari ini segala sesuatu yang masuk ke bangsa Indonesia bukan saja bersumber dari dalam negeri tetapi bersumber juga dari global atau dari internasional. Sedangkan ideolog terorisme adalah ideologi transnasional yang diimplan, dibawa oleh orang-orang melalui anak bangsa.

“Jadi ada anak bangsa kita terpengaruh di masa lalu mencoba menawarkan ideologi terorisme ini hasil persemaian pertemuan mereka diluar, mereka datang dari Afghanistan di era 90-80 kemudian mereka membawa semangat menyebarluaskan ideologi terorisme itu yang dalam hal ini ternyata di belakang itu adalah organisasi-organisasi teroris internasional,” sebutnya.

“Kita tidak mengusik siapa orang-orang itu tetapi kita harus waspada sebagai bangsa kita wajib menjaga ketahanan diri bangsa kita agar jangan sampai semangat ideologi terorisme yang berbasis kekerasan menghalalkan segala cara itu dianggap sebagai pilihan yang terbaik bagi anak bangsa kita,” lanjutnya.

Dijelaskan pula terkait kasus terorisme yang pernah terjadi di Kalimantan Selatan, tepatnya di Polsek Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada Tahun 2020 silam. Kejadian itu menjadi catatan sejarah penyerangan yang mengakibatkan satu polisi meninggal dan sejumlah fasilitas dibakar.

“20 tahun terakhir ini tidak sedikit masyarakat menjadi korban kejahatan terorisme. Tahun 2001 sampai dengan tahun 2020 anak bangsa kita yang menjadi korban. Abdul Rahman, usia 20 tahun, memberanikan dirinya setelah terpengaruh ideologi terorisme, masuk ke Polsek Daha Selatan dengan sebilah pedang menyerang sebab yang ada di sana dianggap sebagai musuh,” sebut Rafli.

BNPT akan tegak lurus mengajak semua pihak untuk mengingat kembali tujuan nasional, tujuan negara melindungi segenap tumpah darah bangsa Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa turut serta menciptakan perdamaian dunia, tujuan dari bangsa Indonesia bernegara yang telah diwariskan oleh para leluhur.

“Kita tentunya wajib menjaga, pelihara semangat ini yang tentu kami kategorikan semangat atau transformasi empat pilar kebangsaan sebagai sebuah penguatan atau vaksin dalam menghadapi virus radikal terorisme,” sebutnya.

3 dari 3 halaman

Ideologi Terorisme

Boy menjelaskan, Bentuk kewaspadaaan dengan penyebarluasan paham ideologi terorisme yang berpotensi memecah belah dan membuat disintegrasi sosial di tengah-tengah masyarakat. Sebab ideologi terorisme sulit untuk diprediksi sebab begitu kuat dengan pengaruh kepentingan negara-negara di dunia.

Kembali jika diibaratkan dengan virus, dalam masa 2 tahun disebutkan akan kuat menghadapi virus. Berbeda dengan ideologi terorisme, sulit untuk diprediksi.

Negara kuat yang berusaha menguasai dunia dan kemudian menciptakan sesuatu ini penuh dengan ketidakpastian.

“Inilah yang harus kita waspada sebagai bangsa Indonesia, sebagai yang punya jati diri sebagai yang punya pilar kebangsaan tentunya kita banggakan itu,” paparnya.

Pada kesempatan itu, Boy berpesan agar seluruh komponen bangsa dapat bersama menyelamatkan generasi muda. Dalam hal ini BNPT mengedepankan semangat pentahelix sebagai upaya mitigasi penanggulangan kewaspadaan tersebut.

Semangat pentahelix tersebut melibatkan multi pihak, pertama unsur pemerintah, kedua masyarakat, ketiga unsur akademisi, keempat dunia usaha dan kelima itu adalah media. Untuk media disebutkan ada dua, yakni media massa dan media sosial.