Sukses

Peristiwa Bandung Lautan Api dan Misteri Pencipta Lagu Halo-Halo Bandung

Lagu perjuangan 'Halo-Halo Bandung' menjadi lagu yang kerap dinyanyikan masyarakat Indonesia hingga saat ini.

Liputan6.com, Bandung - Lagu perjuangan 'Halo-Halo Bandung' menjadi lagu yang kerap dinyanyikan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Tentu saja lagu ini mengingatkan pada peristiwa Bandung Lautan Api pada 23-24 Maret 1946.

Ihwal terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api ditengarai oleh sikap pejuang Indonesia membalas dengan sengaja membakar rumah dan gedung di penjuru wilayah selatan kota Bandung sebelum mereka meninggalkan kota pada 24 Maret 1946.

Wilayah Bandung dikosongkan dan dibumihanguskan agar wilayah tersebut tidak sampai dimanfaatkan sebagai markas tentara Sekutu dan NICA (Belanda).

Jika menyimak versi awal dari lirik lagu 'Hallo Bandung' sebenarnya lagu ini lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental, bukan dimaksudkan sebagai lagu perjuangan.

 

Halo, halo Bandung, ibu kota Periangan 

Halo, halo Bandung, kota kenang-kenangan 

Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau 

Sekarang telah menjadi lautan api 

Mari bung rebut kembali

 

Beberapa sumber bahkan menyebutkan liriknya berangkat dari kisah Ismail Marzuki yang sempat mengungsi ke Bandung bersama istrinya, Eulis Zuraidah demi menghindari pendudukan tentara Inggris dan Belanda di Jakarta. 

Sayangnya, tak lama setelah mereka menetap di Bandung, terbit ultimatum dari pihak Inggris yang memerintahkan pihak tentara pejuang Indonesia untuk segera meninggalkan kota kembang ini. 

Kemudian, pihak pejuang Indonesia membalas dengan sengaja membakar rumah dan gedung di penjuru wilayah selatan kota Bandung sebelum mereka meninggalkan kota pada 24 Maret 1946. Peristiwa ini pun dikenal sebagai Bandung Lautan Api . 

Ismail dan istrinya pun kembali ke Kota Batavia. Namun kenangan indah selama menetap di Bandung selalu melekat dalam ingatannya. 

Hal tersebut mendorongnya untuk menciptakan lagu berbahasa Sunda dengan judul 'Hallo Bandung'. Tak hanya itu, ia juga menciptakan beberapa lagu lainnya seperti, "Bandung Selatan di Waktu Malam" dan "Saputangan dari Bandung Selatan".  

Peristiwa Bandung Lautan Api mengilhami Ismail Marzuki beserta para pejuang Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu 'Hallo Bandung' menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan. 

Segera setelahnya, lagu Halo-Halo Bandung menjadi sangat dikenal dan menjadi salah satu lambang perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah.

Di sisi lain, meski lagu tentang tanah Sunda, kita akan menemukan kata "beta" dalam lirik lagu tersebut. Ada yang menyebutkan bahwa kata "beta" dalam lagu ini diambil dari bahasa daerah Ambon, Maluku, yang berarti "saya". Namun, ada pula yang mengatakan "beta" berasal dari bahasa Melayu.

Tetapi, selain versi tersebut, sampai saat ini masih ada orang meragukan lagu itu diciptakan Ismail Marzuki. Alasannya, umumnya lagu-lagu yang diciptakan Ismail Marzuki berirama lembut dan romantis, sementara lagu 'Halo-halo Bandung' berirama cepat dan heroik.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pejuang Bandung Selatan

Seperti termuat dalam buku Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan (Ratnayu Sitaresmi, dkk., 2002), pejuang Bandung bernama Pestaraja Humala Marpaung yang biasa dipanggil Bang Maung, mengungkapkan proses terciptanya lagu Halo-Halo Bandung. Sebelum peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946, terjadi serangkaian peristiwa penting di antaranya ultimatum Inggris pada 27 November 1945.

Waktu itu, Inggris datang ke Bandung bersama pasukan Belanda yang hendak kembali menjajah Indonesia. Inggris memerintahkan pribumi untuk mengungsi ke Bandung selatan sedangkan warga asing ke utara Bandung. Penduduk Bandung dipisahkan dengan batas rel kereta api.

Saat terjadi pengungsian itulah lagu 'Halo-halo Bandung' mulai diciptakan. Penciptanya bukan seseorang tetapi oleh para pejuang Bandung secara bersama-sama di sela pertempuran.

Diungkapkan Bang Maung, waktu itu penduduk Bandung sudah majemuk. Ada orang Medan, Ambon dan lainnya. Begitu juga para pejuangnya. Ketika warga Bandung mengungsi ke Bandung selatan, daerah Ciparay, orang-orang luar Bandung tersebut ikut mengungsi. Malam hari mereka menyelinap melancarkan perang gerilya ke dalam kota.

Para pejuang yang menyaksikan Kota Bandung di kejauhan merasakan kerinduannya akan kota tercinta. Maka pejuang dari Medan melepas rindu dengan menyapa Bandung dari kejauhan, 'Halo Bandung'.

Adapun kata 'Halo' menjadi sapaan khas pemuda Medan akibat pengaruh film-film cowboy Amerika yang banyak diputar saat itu. Kata 'Halo Bandung' kemudian sering didendangkan para pejuang, 'Halo-Halo Bandung'.

Pejuang lain yang dari Ambon juga merasakan kerinduan menambahkan kalimat, 'sudah lama beta tidak bertemu dengan kau'. Dari situ lah kata 'beta' pada syair lagu pertama kali muncul.

Selanjutnya, syair lagu terus bertambah dan berirama. Kata beta tetap dipakai, kemudian ada perubahan pada kata 'bertemu' menjadi 'berjumpa'.

"Tidak ada itu ada yang menciptakan. Tidak ada. Kita sama-sama saja main-main begini (bernyanyi). Jadi kalau dikatakan siapa pencipta (Halo-Halo) Bandung, Para pejuang Bandung Selatan," tutur Bang Maung.