Sukses

Mengenal Sosok Waraqah bin Naufal, Pendeta Nasrani yang Meramal Kenabian hingga Pengusiran Rasulullah SAW

Khadijah pergi bersama Nabi Muhammad SAW menemui Waraqah bin Naufal, seorang ahli kitab Nasrani, beberapa riwayat lainnya menyebutnya pendeta Nasrani

Liputan6.com, Cilacap - Di saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertama kalinya, beliau mengalami sesuatu hal yang luar biasa sehingga beliau mengalami guncangan fisik dan psikis.

Beliau pulang dalam kondisi gemetar dan bergegas hingga masuk ke rumah Khadijah.

Kemudian Nabi berkata kepadanya: Selimuti aku, selimuti aku. Maka Khadijah pun menyelimutinya hingga hilang rasa takutnya.

Kemudian Nabi bertanya, "Wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku ini?".

Lalu Nabi menceritakan kejadian yang beliau alami kemudian mengatakan, ‘Aku amat khawatir terhadap diriku’. (H.R. Bukhari)

Maka Khadijah mengatakan, ‘Sekali-kali janganlah takut! Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah orang yang menyambung tali silaturahmi, pemikul beban orang lain yang susah, pemberi orang yang miskin, penjamu tamu serta penolong orang yang menegakkan kebenaran'. (H.R. Bukhari)

Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi Muhammad SAW menemui Waraqah bin Naufal, ia adalah saudara dari ayahnya Khadijah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Sosok Waraqah bin Naufal

Waraqah telah memeluk agama Nasrani sejak zaman jahiliyah. Ia pandai menulis Al Kitab dalam bahasa Arab. Beberapa riwayat menyebutnya sebagai pendeta.

Maka disalinnya Kitab Injil dalam bahasa Arab seberapa yang dikehendaki Allah untuk dapat ditulis. Namun usianya ketika itu telah lanjut dan matanya telah buta.

Setelah sampai di rumah Waraqah bin Naufal, Nabi diminta untuk menceritakan pengalaman luar biasa ketika menerima wahyu pertama. Waraqah mendengarkan cerita Nabi dengan penuh ketekunan.

 Waraqah Meyakini Kenabian Muhammad SAW.

Usai mendengarkan Nabi, Waraqah bin Naufal berkata: “Walladzi nafsi biyadih innaka lanabiyyun hadzihi ummati walaqad jaa-aka anaamusul-akbaru alladzi jaa-a Musa wa inna qaumaka sayukadzzibunaka wa yu’dzunaka wa yukhrijunaka wa yuqaatilunaka”.

Yang artinya: “Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Sungguh Engkau adalah Nabi umat ini. Telah datang kepadamu An Namus al Akbar (malaikat Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Musa. Sungguh kaummu akan mendustakanmu, mengganggumu, mengusirmu, dan memerangimu,”.

Mendengar ucapan Waraqah tersebut, Nabi bertanya tentang pengusiran yang akan menimpanya, maka Waraqah menjawab, tidak ada seorangpun yang membawa risalah kebenaran yang serupa dengan Nabi Muhammad, kecuali akan diusir, dimusuhi dan diperangi.

Bahkan Waraqah sendiri bersedia membela dengan sekuat tenaganya bila usianya mencapai pada masa itu.

 

3 dari 3 halaman

Ramalan Waraqah bin Naufal Terbukti

Apa yang dikatakan oleh Waraqah bin Naufal di kemudian hari terbukti. Nabi dalam menyampaikan dakwah Islamnya menghadapi sejumlah halangan dan tantangan yang sangat berat.

Salah satu buktinya ialah pengusiran Nabi SAW ketika berdakwah di Thaif.

Dikisahkan bahwa Rasulullah SAW menyampaikan dakwah Islam di Tha'if selama 15 malam. Setiap bertemu warga Thaif baik di pasar maupun di tempat lain, beliau mengenalkan Islam dan mengajak warga untuk mentauhidkan Allah

Apa yang disampaikan Rasulullah ternyata mendapat penolakan keras dari penduduk Thaif.

Penduduk Thaif menolak Islam, bahkan mengusir Rasulullah agar keluar dari Thaif. Tak hanya mengusir Nabi, penduduk Thaif juga melempari Nabi dengan batu.

Hal ini membuktikan bahwa apa yang diucapkan Waraqah bin Naufal di kemudian hari terbukti.

Penulis:Khazim Mahrur