Liputan6.com, Bengkulu - Mentari baru saja muncul pada pagi yang cerah di depan Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Kelas A Bentiring Kota Bengkulu. Terdengar hiruk pikuk beragam bunyian dari luar dinding kokoh bangunan yang biasa disebut penjara. Ya, para narapidana penghuni Lapas Bentiring tengah sibuk beraktivitas. Jika boleh menebak, mereka mungkin sedang melakukan senam pagi, sarapan, dan aktivitas rutin pagi hari yang lain.
Saat melangkah memasuki gedung administrasi yang berada paling depan Lapas, tampak aktivitas administratif dilakukan para Aparatur Sipil Negara, sipir penjara, dan pekerja honorer berjalan seperti layaknya kantor pemerintahan biasa. Melangkah sedikit lebih dalam, ternyata ada bangunan terpisah lorong sekitar 8 meter dengan tembok kokoh dan jendela tinggi berjeruji. Kesan sangar dan keras langsung terlintas. Apalagi ketika memasuki bangunan utama, kita harus melewati pintu besi sempit berjeruji dengan gembok besar dan pemeriksaan yang ketat.
"Selamat datang, silakan mengenakan tanda pengenal khusus ini," ujar petugas penjagaan sambil menyodorkan tanda bertuliskan tamu kunjungan.
Advertisement
Baca Juga
Suasana hangat mulai terasa ketika bertemu Lubis (53), narapidana yang pernah bekerja di instansi pemerintah bidang perikanan. Lubis terlihat tengah sibuk memberikan pakan untuk ratusan ikan air tawar jenis Nila yang dipeliharanya dengan memanfaatkan siring penampungan aliran air di sekeliling gedung yang mirip bengkel kreatif atau workshop. Di tangan Lubis, siring tersebut menjadi produktif untuk lokasi pengembangbiakan atau pemijahan ikan.
"Dua jenis nila yang dikembangkan yaitu nila merah dan abu-abu," urainya.
Ikan-ikan yang sudah besar dan dewasa, biasanya disingkirkan dan dipisah dari indukan. Sebagian dipilih untuk dipijah sebagai indukan pembibitan. Sebagian lagi disiapkan untuk dikonsumsi warga binaan Lapas Bentiring yang berjumlah 709 orang.
Simak video pilihan berikut ini:
Ragam Karya Narapidana
Di dalam bangunan workshop beragam aktivitas dan kreativitas dilaksanakan. Ruang berukuran 4x6 meter dimanfaatkan oleh beberapa narapidana sebagai bengkel menjahit. Mulai dari meja potong kain, beberapa mesin jahit dan hasil karya narapidana dipajang. Mesin jahit dan peralatan tersebut merupakan sumbangan lembaga non pemerintah yang peduli dengan para narapidana. Untuk bahan dan peralatan pendukung, disediakan pihak Lapas.
Kepala Lapas Kelas A Bentiring Kota Bengkulu Ade Kusmanto menjelaskan, tidak hanya pakaian jadi yang diproduksi para penjahit tersebut, tetapi juga mereka ahli untuk mereparasi kursi berbahan kain dan kulit. Juga reparasi jok kendaraan roda dua maupun roda empat. Modifikasi karya warga binaan Lapas Bentiring bahkan sudah dikenal dengan order dari luar yang mereka kerjakan.
"Hasilnya cukup untuk kebutuhan sehari-hari mereka di sini," ungkap Ade.
Workshop ini juga menyediakan ruang khusus untuk pangkas rambut atau barbershop. Penataan ruangan dan peralatan kerja dibuat mirip dengan ruang barbershop pada umumnya. Para narapidana dilayani untuk potong rambut dan perawatan di ruang ini. Pekerjanya juga dari narapidana yang memang memiliki keahlian pangkas dan perawatan rambut.
Melangkah lebih dalam, terlihat ruangan utama yang dibagi menjadi dua lokasi tanpa sekat, sebelah kiri ruangan terlihat ratusan hingga ribuan potong pakaian tengah dijemur di atas tali yang disusun rapat. Pada sisi merapat ke dinding, terlihat beberapa narapidana sedang menyetrika pakaian dan menyusunnya dengan kelompok yang diberi nama blok dan kamar.
"Ini ruang laundry, pakaian warga binaan dicuci dan disetrika di sini," terang Ade Kuswanto.
Bersebelahan dengan ruang laundry, terdapat bengkel las. Beberapa hasil karya warga binaan sedang dikerjakan dan memasuki tahap akhir pengerjaan. Terbanyak, mereka memproduksi rak pajang dan rak untuk penyusunan pot bunga. Percikan api dan aroma khas las listrik memenuhi ruangan. Bunyi besi yang dipukul untuk membentuk besi sebelum di las terdengar keras kencang.
Advertisement
Ujian Kesetaraan dan Rehab Narkoba
Para narapidana warga binaan Lapas Kelas A Bentiring Bengkulu tidak hanya didominasi narapidana berusia dewasa. Sebagian juga merupakan pelajar yang terpaksa harus berada di balik jeruji untuk menjalani hukuman penjara. Untuk pemenuhan hak belajar dan terus mendapat pendidikan, pihak Lapas Bentiring bekerjasama dengan lembaga binaan Dinas Penddikan dan Kebudayaan untuk melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Bahkan mereka juga melaksanakan ujian kesetaraan Paket A tingkat Sekolah Dasar, Paket B tingkat SLTP, dan paket C untuk ujian kesetaraan tingkiat SLTA.
Kalapas Ade Kuswanto menjelaskan, warga binaan yang masih tercatat sebagai pelajar sebelum menjalani hukuman berdasarkan putusan pengadilan juga berhak atas pendidikan yang baik, jika selesai melaksanakan ujian kesetaraan dan lulus, mereka juga mendapatkan ijazah penyetaraan paket. Ini merupakan bekal dan sangat dibutuhkan jika nanti mereka selesai menjalankan hukuman dan mencari pekerjaan yang layak seperti warga negara Indonesia yang lain.
Pihak Lapas juga secara rutin melakukan pembinaan mental den upaya penyadaran bagi para narapidana yang tersangkut kasus Narkoba. Bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Bengkulu, dilakukan rehabilitasi mental secara rutin. Narapidana kasus Narkoba di Lapas Bentiring merupakan penghuni terbanyak. dari 709 narapidana, sebanyak 423 atau 60 persen dari total narapidana adalah mereka yang tersangkut kasus narkoba, sisanya sebanyak 37 persen merupakan narapidana kasus pidana umum dan 3 persen narapidana kasus korupsi.
Yang paling menarik dan unik di Lapas Bentiring Bengkulu, mereka memiliki peralatan musik lengkap dan membentuk satu grup musik yang diberi nama "Lanting Band". Lanting sendiri merupakan kata singkatan dari Lapas Bentiring. Setiap dua kali dalam sepekan, grup band ini memainkan alat musik, bernyanyi dan bergembira. Meskipun hidup di balik jeruji penjara, mereka terlihat menikmati fasilitas dan menuangkan kreativitas serta hobi bermusik.
"Permainan mereka seperti grup musik profesional, sangat menghibur," tutup Ade Kuswanto.
Â