Liputan6.com, Yogyakarta - Yogyakarta tak pernah kehabisan sensasi. Selain Malioboro dan Alun-alun Kidul, Kotagede memilki magnet tersendiri. Terlebih saat pagi hari.
Di Kotagede, wisatawan bisa betah berlama-lama menikmati arsitektur bangunan kuno jaman kerajaan dengan berkeliling naik sepeda. Kotagede memang menawan. Sampai-sampai bayangan tentang kehidupan masa lalu di Kotagede pun hinggap. Pagi itu, sesekali aku merasa seperti putri kerajaan yang berkeliling dengan kuda menjemput senyum-senyum ramah warga sekitar.
Baca Juga
Lucu dan kadang menggelitik, tapi juga melegakan karena bisa menghirup udara pagi dan melepas penat dari kungkungan pandemi. Shinta Ayu Nuria Pratiwi - Shinta panggilanku.
Advertisement
Tak sampai disitu, lama berkeliling, mataku tiba-tiba tertambat pada satu rumah yang didominasi warna cat merah di muka dan terasnya.
Dalam rumah itu juga menawarkan jajanan. Roti Kembang Waru namanya. Rumah itu merupakan kediaman Basiran atau akrab disapa Pak Bass.
"Saya satu-satunya orang di Yogya yang masih membuat roti ini," kata pria berkaos oblong yang tiba-tiba merespons keingintahuanku. Dan ternyata pria itu yang disapa Pak Bass, pemilik usaha jajanan Roti Kembang Waru.
Pria paruh baya itu bercerita, Roti Kembang Waru awalnya merupakan jamuan special untuk orang-orang Kerajaan Mataram.
"Saat itu hanya orang-orang kerajaan yang dapat menikmati Roti Kembang Waru," bangga dia. Karena di tangannya-lah makanan tersebut lestari.
Mahkota dan Pesan Tersirat Roti Kembang Waru
Dia mengungkapkan, Roti Kembang Waru juga sarat makna.
Meski dibuat di dapur sederhana, Roti Kembang Waru memiliki 8 mahkota. Tiap-tiap mahkota melambangkan 8 elemen. Yakni matahari, bulan, bintang, awan, air, tanah, samudra, dan angin. Semua elemen itu dibutuhkan dalam kehidupan dan mengingatkan pada kekuasaan dan kekayaan Ilahi, Maha Penyayang yang membolak-balikkan hati.
"Oya, dan Roti Kembang Waru ini sebenernya ada kepanjangannya, ROTI itu Rasa Orisinil Tetap Istimewa. Lalu, KEMBANG WARU maksudnya, Kembalilah Bangsaku Wajiblah Rukun," seloroh dia.
Pak Bass pun mengaku tidak menjual atau mengecer jajanannya ke pasar. Wisatawan atau pengunjung hanya bisa mendapatkan Roti Kembang Waru di kediamannya.
"Biar seolah-olah ini tuh (Roti Kembang Waru) limited (terbatas)," tutur dia seraya tersenyum.
Advertisement